Bisnis.com, JAKARTA — Penggiat bisnis rintisan Raymond Chin meminta pemerintah untuk langsung turun tangan menyikapi rumor merger Grab-GoTo karena potensi dampak sosial yang sangat besar mempengaruhi isu ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat.
Bahkan, menurut Raymond, merger dua raksasa ride-hailing ini tak sekadar kesepakatan bisnis, tapi juga meliputi kepentingan perekonomian negara.
“Segala jenis bisnis yang berpengaruh terhadap kesejahteraan dan lapangan kerja masyarakat Indonesia itu benar-benar harus diperhatikan. Misalnya ada bisnis too big to fail, negara harus bisa caplok untuk memastikan lapangan kerja itu masih jalan,” kata Raymond pada Jumat (16/5/2025).
Raymond menaksir terdapat hampir 10 juta mitra driver dan jutaan UMKM yang menggantungkan nasib di ekosistem tersebut. Jika merger Grab-GoTo nantinya justru mengakibatkan terjadinya efisiensi, dampaknya akan dirasakan tidak hanya oleh para mitra driver dan pemilik UMKM, tapi juga oleh keluarga mitra driver dan karyawan UMKM.
“Kalau dilihat dari perspektif pengusaha, impact-nya lebih gede lagi. Satu usaha bisa punya berapa karyawan. Karyawan bisa punya berapa keluarga dan mereka beberapa tahun terakhir sangat bergantung ke pendapatan itu. Jadi merger ini bukan sekadar angka,” tambah Raymond.
Dia juga mengingatkan pemerintah bahwa ekonomi digital adalah masa depan Indonesia, yang seharusnya menjadi nilai tambah paling jelas untuk memajukan masyarakat Indonesia. Kementerian Investasi dan Hilirisasi memproyeksi nilai ekonomi digital Indonesia pada 2025 akan mencapai US$130 miliar. Angka ini bukan hanya mencerminkan potensi dalam negeri, tapi juga setara dengan 44% total perekonomian digital di Asia Tenggara.
Baca Juga
Rumor merger Grab dengan GoTo telah menjadi perhatian publik dalam beberapa waktu terakhir. Grab Indonesia telah membantah rumor tersebut.
Chief of Public Affairs Grab Indonesia Tirza Munusaman menyebutkan bahwa rumor merger sebagai spekulasi yang tidak berdasarkan informasi yang terverifikasi.
Sementara itu, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk melalui Sekretaris Perusahaan R.A. Koesoemohadiani menyatakan bahwa pihaknya telah menerima penawaran-penawaran dari berbagai pihak dari waktu ke waktu, namun hingga saat ini belum ada kesepakatan apapun.
Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa Grab tengah dalam proses untuk mengambil alih GoTo pada kuartal II/2025. Grab bahkan telah menyewa penasihat untuk menangani kesepakatan yang ditaksir mencapai US$7 miliar.