Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rumor Merger Grab-GoTo, Ekonom: Picu Pesimisme Start Up Lokal

Merger Grab-GoTo dianggap bakal memicu pesimisme terhadap kemampuan start up lokal untuk bersaing secara mandiri.
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di kawasan Mayestik, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di kawasan Mayestik, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA- Rumor merger antara raksasa teknologi berbasis di Singapura, Grab dengan super app asal Indonesia Gojek Tokopedia atau GoTo memunculkan kekhawatiran di kalangan ekonom akan adanya dominasi asing yang semakin kuat di sektor digital yang strategis.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menyatakan merger Grab-GoTo sebagai peringatan bagi ekosistem start up lokal, yang bisa memicu pesimisme terhadap kemampuan start up lokal untuk bersaing secara mandiri.

“Jika GoTo sebagai simbol keberhasilan start up Indonesia diambil alih atau digabung dengan Grab, dominasi asing akan semakin kuat di sektor digital strategis. Hal ini bisa memicu pesimisme terhadap kemampuan start up lokal bersaing secara mandiri tanpa dukungan atau proteksi kebijakan,” papar Josua, Selasa (20/5/2025).

Josua menekankan perlunya pemerintah untuk bersikap proaktif dan hati-hati, karena GoTo adalah perusahan dengan basis data ekonomi digital terbesar di Indonesia dan menjadi simbol kedaulatan digital nasional.

Jika kesepakatan bisnis terjadi maka pemerintah harus memperhatikan berbagai hal seperti memastikan regulasi perlindungan data dan transaksi, agar data pengguna Indonesia tidak dikuasai sepenuhnya oleh entitas asing. Pemerintah juga harus mendorong pengembangan ekosistem start up lokal baru lewat BUMN ventura, dana abadi start up, dan insentif fiskal untuk sektor strategis lain.

“Dan terutama mengeksplorasi opsi kebijakan nasionalisasi sebagian atau golden share jika diperlukan untuk mempertahankan kontrol atas aset digital strategis Indonesia. Karena akuisisi ini bukan hanya isu bisnis. Pemerintah harus berperan sebagai wasit yang aktif, bukan sekedar penonton,” urai Josua.

Jika benar-benar terwujud, penggabungan Grab dengan GoTo akan menciptakan raksasa regional yang menguasai 85 persen layanan digital di Asia Tenggara, atau senilai 8 miliar dolar AS menurut firma analisis data Euromonitor International.

Sementara itu, Pakar Perdagangan S.Rajaratnam School of International Studies di Singapura, James Guild menyatakan pesimismenya merger Grab-GoTo akan benar-benar terjadi. Menurut Guild bagi Indonesia GoTo dipandang sebagai sebuah proyek nasional yang penting, alih-alih hanya sebuah entitas bisnis, seperti yang dikutip dari This Week in Asia’s Senin (19/5/2025).

“Meskipun tidak pernah menghasilkan laba, GoTo memiliki kontribusi yang sangat berguna dalam perekonomian Indonesia, karena mampu meningkatkan konsumsi dan membuka peluang sektor UMKM untuk meningkatkan penjualan,” kata James.

James juga menyatakan penggabungan kedua perusahaan akan berbenturan dengan fakta bahwa pemerintah Indonesia mungkin tidak ingin melihat GoTo dimiliki oleh perusahaan asing.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper