Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan kecerdasan buatan asal Amerika Serikat OpenAI tengah membidik kawasan Asia-Pasifik sebagai lokasi pembangunan pusat data baru, menandai langkah agresif perusahaan dalam memperluas jejak infrastruktur AI di tengah kompetisi global yang semakin ketat.
Dikutip dari Bloomberg pada Jumat (23/5/2025), langkah ini diambil setelah OpenAI mendapatkan kesepakatan untuk bermitra dengan Uni Emirat Arab guna membantu mengembangkan proyek pusat data di Abu Dhabi.
Asia-Pasifik kini menjadi kawasan dengan konsentrasi pusat data terbanyak secara global, dengan ekspansi agresif dari para raksasa teknologi seperti Alphabet Inc., Microsoft Corp., dan Meta Platforms Inc.
Kepala Strategi OpenAI Jason Kwon akan memulai tur kunjungan ke berbagai negara termasuk Jepang, Korea Selatan, Australia, India, dan Singapura mulai pekan depan. Kwon dijadwalkan bertemu dengan pejabat pemerintah dan mitra sektor swasta guna membahas pengembangan infrastruktur AI serta implementasi perangkat lunak OpenAI.
Tur ini merupakan bagian dari misi global OpenAI yang diumumkan awal bulan ini, yakni menjalin kemitraan dengan pemerintah untuk membangun ekosistem kecerdasan buatan yang selaras dengan nilai-nilai demokrasi dan sistem pasar terbuka.
Selain membangun infrastruktur, perusahaan pengembang ChatGPT ini juga berkomitmen untuk membantu negara-negara mitra dalam menyesuaikan produk-produknya dengan bahasa dan kebutuhan lokal, dengan fokus awal pada sepuluh kemitraan strategis di kawasan.
Baca Juga
Namun, langkah ekspansif ini menuai perhatian serius dari Washington. Pemerintah AS khawatir terhadap potensi penyebaran teknologi mutakhir ke luar negeri, terutama ke negara-negara seperti Uni Emirat Arab yang memiliki kedekatan strategis dengan China. Diskusi antara AS dan UEA terkait perjanjian AI pun kini mencakup klausul pengamanan terkait pengaruh dan keterlibatan China.
Chris Lehane, Kepala Urusan Global OpenAI, mengungkapkan bahwa lebih dari 30 negara telah menghubungi perusahaan untuk menjajaki potensi kerja sama dalam pengembangan infrastruktur AI.
“Dunia menyadari bahwa kita sedang berada di persimpangan penting. Ada kebutuhan mendesak untuk memperoleh akses terhadap teknologi ini,” ujar Lehane.