Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan barang konsumer, Kao Indonesia menyampaikan sejauh ini belum merasakan adanya efek dari dinamika pergeseran gaya belanja, tekanan ekonomi, dan pelemahan daya beli masyarakat yang terjadi pada awal tahun ini.
Vice President Marketing Kao Indonesia, Susilowati mengatakan hal tersebut dikarenakan perusahaan berfokus terhadap upaya mempertahankan loyalitas pelanggan. Perusahaan mengimplementasikannya dengan kualitas produk dan menjaga ulasan konsumen.
Dengan demikian pada ujungnya, hal tersebut dapat menciptakan loyalitas konsumen terhadap produk itu sendiri.
"Sejauh ini kami belum merasakan dampak akibat pelemahan daya beli. Intinya kita strategi kami memprioritaskan apa yang menjadi kepuasan konsumen dan apa yang menjadi loyalitas,” ujarnya, Selasa (10/6/2025).
Susilowati memaparkan penjualan produk-produk Kao Indonesia masih ditopang oleh produk popok bayi dengan merek Merries, kemudian pembalut wanita dengan merek Laurier, sabun mandi Biore, serta Biore UV.
Saat ini, KAO Indonesia tengah membidik untuk berekspansi di produk deodoran mengingat kondisi iklim Indonesia dengan mayoritas perempuan berhijab dan memiliki gaya hidup aktif.
Baca Juga
CEO Kao Corporation Yoshihiro Hasebe menilai Indonesia sebagai salah satu negara dengan pasar dan karakteristik unik, serta ekonomi yang tumbuh pesat di Asia Tenggara.
Dengan mayoritas berpenduduk muslim, serta didorong oleh pertumbuhan generasi muda, pasar Indonesia, lanjutnya memiliki posisi strategis dalam visi global Kao.
"Oleh karena itu, kami membentuk Proyek Regional Innovation Research and Development atau R&D Division secara khusus di Indonesia untuk menghadirkan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan, kebiasaan, dan nilai-nilai lokal masyarakat Indonesia," terangnya.
Melansir dari laman resmi, Kao Corporation mencatatkan penjualan konsolidasi hingga akhir 2024 senilai 1.628,4 miliar Yen. Selanjutnya pendapatan operasional senilai 146,6 miliar Yen.
Sementara itu laba sebelum pajak hingga akhir tahun 2024 senilai 151,0 miliar Yen dan laba periode berjalan 110,4 miliar Yen.