Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesepakatan Dagang AS - Uni Eropa Terancam Mandek di Isu Tarif 10%

Uni Eropa disebut semakin pasrah terhadap kemungkinan tarif timbal balik sebesar 10% yang bakal menjadi patokan dasar dalam kesepakatan dagang dengan AS.
Ilustrasi bendera AS dengan label tarif./Reuters-Dado Ruvic
Ilustrasi bendera AS dengan label tarif./Reuters-Dado Ruvic

Bisnis.com, JAKARTA — Uni Eropa disebut semakin pasrah terhadap kemungkinan tarif timbal balik sebesar 10% yang bakal menjadi patokan dasar dalam kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat.

Mengutip Reuters, Jumat (20/6/2025), lima sumber yang mengetahui jalannya negosiasi menyebut bahwa tarif 10% terhadap sebagian besar barang ekspor Uni Eropa ke AS tampaknya akan menjadi dasar dalam pembicaraan dagang, sejalan dengan tuntutan Presiden AS Donald Trump.

Trump telah memberlakukan berbagai tarif impor terhadap mitra dagangnya sebagai bagian dari upaya menurunkan defisit neraca perdagangan barang AS dengan Uni Eropa (UE). Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, bahkan menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menurunkan ambang batas tarif di bawah 10%.

Meski begitu, pihak Uni Eropa masih terus mendorong agar tarif dasar tersebut bisa ditekan menjadi lebih rendah. Namun, menurut salah satu pejabat UE, posisi tawar mereka kian lemah sejak AS mulai meraup pendapatan signifikan dari kebijakan tarif globalnya.

“Tarif 10% menjadi isu yang sulit. Kami tetap menekan mereka, tetapi sekarang mereka sudah mulai menikmati penerimaan dari tarif tersebut,” ujar pejabat tersebut

Sumber lain dari Eropa menambahkan bahwa sejauh ini belum ada persetujuan resmi dari pihak UE terkait tarif 10%, tetapi dia mengakui bahwa mengubah atau menghapus ambang batas itu akan menjadi tantangan berat.

Baik Komisi Eropa—badan eksekutif UE yang mewakili 27 negara dalam perundingan dagang—maupun pemerintah AS belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari Reuters.

Pejabat AS selama ini memang mengasumsikan bahwa tarif impor terhadap mitra dagangnya akan tetap tinggi, termasuk dengan Uni Eropa, dan tidak menunjukkan tanda akan mengubah posisi tersebut dalam negosiasi.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam wawancara dengan podcast Pod Force One yang disiarkan Rabu lalu, mengatakan bahwa keputusan Presiden Trump untuk menggandakan tarif telah membuat para pemimpin Eropa lebih bersedia duduk di meja perundingan.

Secara terbuka, Uni Eropa tetap menyatakan tidak akan menerima tarif dasar dua digit. Sikap ini juga diambil oleh Inggris, yang pada Mei lalu menandatangani kesepakatan dagang terbatas dengan AS. 

Dalam kesepakatan itu, tarif 10% tetap dikenakan pada ekspor Inggris, namun tarif yang lebih tinggi untuk baja dan mobil diturunkan.

Trump sebelumnya telah menetapkan tarif 50% atas baja dan aluminium asal Eropa, serta 25% atas mobil. UE kini berpacu dengan waktu untuk mencapai kesepakatan sebelum 9 Juli, saat tarif timbal balik terhadap sebagian besar produk lain bisa meningkat dari 10% menjadi hingga 50%.

Dengan surplus perdagangan tahunan sebesar US$236 miliar terhadap AS pada 2024, UE memiliki potensi kerugian yang jauh lebih besar dari tarif dibandingkan Inggris, yang justru mengalami defisit perdagangan dengan AS.

Trump, yang berencana menggunakan pendapatan dari tarif impor untuk mendanai program pemotongan pajak dan pengeluaran pemerintahannya, mengatakan bahwa UE tidak menawarkan kesepakatan yang adil bagi AS.

Washington juga mendorong agar pembahasan dagang mencakup hambatan non-tarif seperti pajak layanan digital, standar pelaporan keberlanjutan perusahaan, penjualan gas alam cair (LNG), hingga regulasi pangan.

Adapun, Departemen Keuangan AS mencatat surplus anggaran sebesar US$258 miliar pada April lalu, naik 23% dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan dari bea masuk pada periode yang sama juga tercatat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper