Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil Rapat Bareng BUMN Rusia Bahas Kerja Sama Migas Pekan Ini

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia bakal menerima rombongan pengusaha Rusia di Jakarta pada pekan ini.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (tengah) dalam acara Jakarta Geopolitical Forum IX/2025 Lemhannas RI di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (24/5/2025)./Bisnis-Mochammad Ryan H
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (tengah) dalam acara Jakarta Geopolitical Forum IX/2025 Lemhannas RI di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (24/5/2025)./Bisnis-Mochammad Ryan H

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia bakal menerima rombongan pengusaha Rusia di Jakarta pada pekan ini. Pertemuan itu guna membahas kerja sama di sektor energi, khususnya peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas).

Menurut Bahlil, pertemuan itu juga dilakukan sebagai tindak lanjut dari penjajakan sebelumnya di Rusia. Dia menyebut, dalam kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Rusia, Presiden Vladimir Putin telah menawarkan untuk membantu meningkatkan produksi migas di Indonesia.

"Saya besok rapat dengan tim dari Rusia, dari pengusaha-pengusaha BUMN-nya Rusia yang akan datang ke Indonesia, mulai besok saya rapat maraton. Artinya, potensi itu ada, tapi dalam konteks saling menguntungkan," ucap Bahlil dalam acara Jakarta Geopolitical Forum IX/2025 Lemhannas RI, Selasa (24/5/2025).

Mantan ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu menuturkan, para pengusaha Rusia itu bisa saja bekerja sama untuk mengembangkan sumur idle maupun mengelola sumur baru.

Dia menilai Rusia merupakan negara yang memiliki teknologi mumpuni. Olah karena itu, kolaborasi dengan Negeri Beruang Merah itu bisa menjadi peluang yang saling menguntungkan.

Bahlil pun lantas menekankan bahwa Indonesia tak hanya menganut azas politik bebas aktif, tetapi juga ekonomi bebas aktif. Artinya, RI bisa bekerja sama dengan negara mana saja, termasuk Rusia.

Bagi Bahlil, hal ini penting. Sebab, Rusia masih menjadi negara yang dikenakan sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat (AS). Karena itu, sah-sah saja Indonesia bekerja sama dengan negara yang dijatuhi sanksi oleh AS.

"Sekali lagi, Indonesia menganut asas politik bebas aktif, tapi juga dalam konteks ekonomi menganut asas ekonomi bebas aktif. Artinya, kita tidak terikat pada satu negara manapun, selama itu menguntungkan dan sama-sama menguntungkan," tutur Bahlil.

Di samping itu, dia juga mengungkap Rusia menawarkan jual beli minyak dengan Indonesia. Artinya, RI bisa melakukan impor dari negara tersebut.

"Mereka [Rusia] juga menawarkan ada migas yang bisa kita beli, kemudian bisa juga kita melakukan impor minyak," ucapnya.

Selain di sektor migas, Rusia juga berpotensi bekerja sama untuk pengembangan pembangkit energi tenaga nuklir (PLTN). Bahlil mengatakan, pihaknya saat ini terus mempelajari penggunaan teknologi untuk PLTN tersebut yang bakal menggunakan konsep small modular reactor (SMR). 

PLTN tersebut bakal dibangun dengan kapasitas sekitar 300 MW hingga 500 MW di Sumatra dan Kalimantan. Bahlil menyebut, kerja sama itu dibutuhkan, apalagi RI mengejar target operasional PLTN pada 2034.

Namun, untuk kerja sama pengembangan PLTN ini, Bahlil tak membatasi untuk Rusia saja. Menurutnya, ada beberapa negara lain yang juga tertarik, seperti Kanada.

"Kanada, saya sudah ketemu sama menterinya. Rusia, ada beberapa negara lain yang saya tidak bisa bicara karena mereka tidak ingin untuk kita ungkap," tutur Bahlil.

Sebelumnya, Indonesia-Rusia menjajaki peluang kerja sama untuk mengerjakan proyek eksplorasi dan produksi gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) hingga pasokan minyak usai kunjungan ke negara itu.

Presiden Putin menginisiasi langkah modernisasi infrastruktur migas. Adapun, modernisasi yang dimaksud mencakup pemanfaatan teknologi terkini untuk mengoptimalkan sumur yang selama ini dianggap kurang produktif.

"Kami bersedia memodernisasi infrastruktur supaya mendongkrak produksi minyak dari ladang tua," ujar Putin saat konferensi pers beberapa waktu lalu.

Asal tahu saja, relasi Indonesia-Rusia telah terjalin kuat lewat kolaborasi di sektor energi, mulai dari di migas, batu bara, ketenagalistrikan, energi baru dan terbarukan (EBT), serta efisiensi energi. 

Salah satunya, rencana pembangunan kilang minyak dan kompleks petrokimia di Jawa Timur. Model kolaborasi ini diharapkan pemerintah Indonesia menjadi pijakan bagi proyek-proyek migas masa depan, sekaligus menyuntikkan investasi teknologi tinggi ke dalam industri nasional.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper