Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Warga AS Ramai-ramai Jual Koin Emas, Investor Asia Justru Borong

Warga AS jual emas batangan dan koin saat harga naik, sementara investor Asia terus memborong emas sebagai lindung nilai dari ketidakpastian global.
Seorang pekerja mengangkat emas batangan dari mesin konveyor di pabrik Rand Refinery Ltd. di Germiston, Afrika Selatan. Bloomberg/Waldo Swiegers
Seorang pekerja mengangkat emas batangan dari mesin konveyor di pabrik Rand Refinery Ltd. di Germiston, Afrika Selatan. Bloomberg/Waldo Swiegers

Bisnis.com, JAKARTA — Investor di Asia dan Amerika Serikat memiliki pandangan yang berbeda terkait pembelian emas di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Dikutip dari Bloomberg, warga Amerika lebih memilih menjual aset emas mereka saat ekonomi negaranya menghadapi berbagai tantangan, seperti kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, meningkatnya utang pemerintah, dan ketegangan geopolitik.

Gejolak ekonomi global mendorong mereka mencairkan emas setelah kenaikan harga yang tajam selama dua tahun terakhir. Bagaimana tidak, harga emas telah melonjak 59% sejak awal 2024 menjadi US$3.274,33 atau sekitar Rp53 juta per ons.

"[Di AS] Banyak investor ritel cenderung condong ke Partai Republik. Apa pun yang kami katakan tentang kebijakan tarif, mereka menyukai cara Trump bertindak. Jadi, dari sudut pandang mereka, tidak ada alasan untuk membeli emas," kata Direktur Pelaksana di konsultan riset Metals Focus Ltd., Philip Newman.

Pasar AS kini dibanjiri emas batangan dan koin, sehingga mendorong pedagang logam mulia memangkas premi ke level terendah dalam enam tahun demi mendongkrak penjualan. Uniknya, alih-alih mendapat untung, investor yang ingin menjual emas justru harus membayar biaya kepada pedagang.

Saat permintaan emas meledak di seluruh dunia, permintaan di Amerika Utara dan Eropa Barat justru menurun.

Padahal, sejumlah bank investasi global memperkirakan harga emas akan mencapai US$4.000 per ons pada 2026, seperti yang diproyeksikan oleh Goldman Sachs Group Inc.

Sementara itu, Morgan Stanley memperkirakan emas akan menembus US$3.800 pada akhir tahun ini, sedangkan Citigroup Inc. memprediksi harga akan turun di bawah US$3.000 tahun depan.

Kelebihan pasokan menyebabkan penjualan produk emas batangan yang baru dicetak anjlok, dengan koin emas American Eagle milik US Mint turun lebih dari 70% pada Mei dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sebaliknya, emas menjadi aset yang paling menarik bagi investor di kawasan Asia-Pasifik, mengingat dampak besar dari tarif Trump terhadap China dan negara lainnya.

Buktinya, permintaan emas batangan dan koin naik 3% di kawasan Asia-Pasifik sepanjang kuartal I/2025. Pasar terbesar, yaitu Tiongkok, bahkan mencatat kenaikan 12% secara tahunan, menurut data terbaru dari World Gold Council, badan perdagangan yang mewakili para penambang emas.

Korea Selatan, Singapura, Malaysia, dan Indonesia semuanya mencatat kenaikan lebih dari 30%.

Ahli strategi komoditas di Citigroup Inc., Kenny Hu, mengatakan kekhawatiran akan depresiasi mata uang lokal turut mendorong emas tetap menjadi aset pilihan bagi investor Asia yang berperan penting dalam reli logam tersebut sejak 2024.

Direktur Pelaksana GoldSilver Central, Brian Lan, mengatakan bahwa investor di Asia Tenggara yang memiliki keterbatasan pilihan investasi telah mulai melihat emas sebagai aset strategis.

“Orang Asia Tenggara yang memiliki kenangan akan perang memahami bahwa emas merupakan bentuk asuransi selama masa ketidakpastian,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Nindya Aldila
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper