Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Tak Ingin Terbitkan Surat Utang Tambahan meski Outlook Defisit APBN Melebar

Sri Mulyani akan memanfaatkan cash dari Saldo Anggaran Lebih untuk menutup defisit APBN 2025, yang dapat melebar ke Rp662 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) didampingi Wakil Menteri Thomas A. M. Djiwandono (kanan) memberikan paparan saat konferensi APBN KiTa di Jakarta. / Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) didampingi Wakil Menteri Thomas A. M. Djiwandono (kanan) memberikan paparan saat konferensi APBN KiTa di Jakarta. / Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tidak ingin menerbitkan surat utang baru meski outlook defisit APBN melebar ke Rp662 triliun atau 2,78% dari PDB pada tahun ini.

Outlook itu lebih tinggi dari target defisit anggaran yang sudah ditetapkan dalam APBN 2025 yaitu sebesar Rp616,2 triliun atau setara 2,53% dari PDB.

Meskipun demikian, Sri Mulyani menyatakan tidak ingin menerbitkan surat utang baru untuk pembiayaan pelebaran anggaran itu. Dia ingin menggunakan saldo anggaran lebih (SAL) untuk membiayai defisit yang melebar itu.

"Kami akan meminta persetujuan DPR untuk menggunakan SAL Rp85,6 triliun, sehingga kenaikan defisit itu tidak harus dibiayai semua dengan penerbitan surat utang namun menggunakan cash yang ada," ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Banggar DPR, Selasa (1/7/2025).

Lebih lanjut, bendahara negara itu mengungkapkan outlook penerimaan pajak hanya mencapai Rp2.076,9 triliun pada 2025. Angka tersebut lebih rendah dari target penerimaan pajak dalam APBN 2025 sebesar Rp2.189,3 triliun.

Bendahara negara tersebut menyampaikan bahwa target penerimaan pajak tidak tercapai karena adanya perubahan kebijakan seperti tidak jadinya implementasi kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% pada tahun ini.

Selain itu, sambungnya, ada tekanan dari faktor eksternal seperti harga komoditas-komoditas unggulan mengalami pelemahanan sehingga berdampak ke penerimaan pajak.

Sementara itu, Sri Mulyani mengungkapkan outlook penerimaan dari kepabeanan dan cukai mencapai Rp310,4 triliun atau lebih tinggi dari target APBN 2025 sebesar Rp301,6 triliun.

Kemudian outlook penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp477,2 triliun atau hanya setara 92,9% dari target APBN 2025 sebesar Rp513,6 triliun. Sri Mulyani menjelaskan, tidak masuknya lagi dividen BUMN ke kas negara menjadi faktor penurunan PNBP itu.

Sementara outlook penerimaan hibah mencapai Rp1 triliun atau lebih tinggi dari target APBN 2025 sebesar Rp600 miliar.

Secara keseluruhan, Sri Mulyani mengumumkan outlook pendapatan negara sebanyak Rp2.865,5 triliun atau hanya setara 95,4% dari target APBN 2025 sebesar Rp3.005,1 triliun.

Di sisi lain, outlook belanja negara sebesar Rp3.526,5 triliun atau setara 97,4% dari target APBN 2025 sebesar Rp2.621,3 triliun.

Dengan demikian, outlook defisit anggaran akan mencapai Rp663 triliun atau setara 2,78% dari PDB.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper