CPO, Kakao dan Kopi Diusulkan Tidak Kena Tarif Impor dari Amerika Serikat

Pemerintah Indonesia mengusulkan CPO, kakao, dan kopi bebas tarif impor AS. Negosiasi ini bertujuan menurunkan tarif dari 32% ke 19% dan melibatkan pembicaraan antara Presiden Prabowo dan Presiden Trump.
Diskusi panel membahas peluang Indonesia dalam memperkuat ekspor CPO, kakao, dan kopi ke Amerika Serikat tanpa beban tarif impor
Diskusi panel membahas peluang Indonesia dalam memperkuat ekspor CPO, kakao, dan kopi ke Amerika Serikat tanpa beban tarif impor
Ringkasan Berita
  • Pemerintah Indonesia mengusulkan produk ekspor seperti kakao, kopi, dan minyak sawit mentah (CPO) untuk bebas tarif impor di Amerika Serikat.
  • Negosiasi tarif impor ini merupakan hasil komunikasi antara Presiden Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald J. Trump, dengan target penurunan tarif dari 32% menjadi 19%.
  • Proses negosiasi melibatkan pembahasan teknis dengan institusi kunci di AS dan mencakup isu tarif, hambatan non-tarif, neraca perdagangan, dan investasi.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia tengah menyiapkan daftar produk ekspor yang akan diajukan dalam negosiasi lanjutan dengan Amerika Serikat (AS). Pengajuan daftar ekspor ini bertujuan untuk mendapat keringan tarif impor hingga 0%.  Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyatakan, produk ekspor yang diusulkan bebas tarif ekspor antara lain kakao, kopi dan minyak sawit mentah (CPO).

“Daftar tersebut ditargetkan rampung pada akhir pekan ini atau awal Minggu depan. Jadi produk-produk yang sangat dibutuhkan Amerika dan mereka tidak bisa memroduksi sendiri akan kita masukkan dalam daftar tersebut seperti CPO, kakao dan kopi. Pemerintah AS telah menyetujui pembahasan lanjutan,” kata Susiwijono saat menjadi pembicara di ajang Katadata Policy Dialogue dengan tema Deal Tarif Dagang Trump-Prabowo: Siapa Untung dan Apa Dampaknya di Jakarta, Kamis (24/7/2025).

Susiwijono menambahkan, produk-produk ini memiliki tiga kriteria utama karena merupakan andalan ekspor Indonesia, tidak diproduksi di AS, dan dibutuhkan oleh konsumen Negeri Paman Sam.

Susiwijono menyebut pembahasan ini melibatkan seluruh pemangku kepentingan, dan pemerintah menargetkan proses finalisasi daftar selesai dalam waktu dekat.

“Kami diminta untuk menyiapkan daftar barang-barang yang akan dinegosiasikan kembali. Saat ini sedang kami bahas bersama kementerian dan lembaga (KL) terkait,” kata dia.

Susiwijono mengatakan kebijakan tarif masuk sebesar 19 persen terhadap produk ekspor Indonesia ke AS mulai berlaku per 1 Agustus 2025. Namun, ia menegaskan selama negosiasi masih berlangsung, tarif tersebut belum akan diberlakukan.

“Kami belum bisa memastikan berapa lama negosiasi ini akan berlangsung. Tapi selama belum ada persetujuan dari pihak AS, tarif 19 persen itu akan diterapkan per 1 Agustus,” ungkap Susiwijono.

Susiwijono menambahkan, kesepakatan penurunan tarif impor dari Amerika Serikat (AS) terhadap produk Indonesia merupakan hasil negosiasi langsung antara Presiden Prabowo Subianto dan Presiden AS Donald J. Trump. Negosiasi dilakukan melalui sambungan telepon saat Prabowo dalam perjalanan pulang dari Belarus.

“Setelah Presiden Prabowo berkomunikasi dengan Presiden Trump pada 15-16 Juli 2025, diputuskan bahwa tarif produk asal Indonesia turun menjadi 19%, karena kami telah memenuhi seluruh permintaan pemerintah AS,” kata dia.

Ia menjelaskan bahwa penurunan tarif dari 32% ke 19% merupakan bagian dari proses negosiasi panjang yang dimulai sejak awal April 2025. Dalam proses tersebut, Indonesia melakukan perundingan teknis dengan tiga institusi kunci di AS, yakni Perwakilan Dagang AS (USTR), Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Keuangan.

Menurut Susiwijono, negosiasi teknis tersebut mencakup empat kelompok isu utama yaitu tarif, hambatan non-tarif, neraca perdagangan, dan investasi. Dia bilang Indonesia menjadi negara yang paling cepat menyelesaikan negosiasi.

“Kita termasuk paling cepat menyelesaikan negosiasi dibandingkan negara lain seperti Jepang, Filipina, dan Vietnam. Bahkan, pihak AS mengapresiasi pendekatan kita yang dinilai lebih konkret dan lengkap,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto