Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Taksi Vietnam Xanh SM Bidik 10.000 Armada, Siap Saingi Grab-Gojek di RI

Miliarder Vietnam Pham Nhat Vuong melalui GSM menargetkan 10.000 armada taksi listrik Xanh SM di Indonesia pada 2025, menantang dominasi Grab dan Gojek.
Taksi listrik Xanh SM bakal kerahkan 10.000 unit VinFast di 2025. -Bisnis/Rizqi Rajendra
Taksi listrik Xanh SM bakal kerahkan 10.000 unit VinFast di 2025. -Bisnis/Rizqi Rajendra

Bisnis.com, JAKARTA — Miliarder terkaya Vietnam, Pham Nhat Vuong menggebrak pasar transportasi online Asia Tenggara lewat perusahaan taksinya, Green & Smart Mobility JSC (GSM) atau dikenal sebagai Xanh SM. Perusahaan itu bahkan siap menantang dominasi Grab Holdings Ltd.

Berdasarkan laporan dari Bloomberg, Senin (25/8/2025), Vuong memanfaatkan kekuatan modal, strategi harga agresif, serta pasokan mobil listrik dari VinFast Auto Ltd., produsen kendaraan listrik yang juga dia dirikan.

Menurut Mordor Intelligence, GSM yang baru berusia dua setengah tahun ini membawa strategi ekspansinya ke Laos, Indonesia, dan Filipina. Selain itu, perusahaan bahkan diproyeksikan masuk ke India setelah VinFast meresmikan pabrik EV di negara tersebut.

Selain itu, pabrik otomotif VinFast di Indonesia juga dijadwalkan mulai beroperasi pada musim gugur tahun ini.

Vuong yang menguasai 95% saham GSM menjadikan bisnis taksi listrik ini sebagai sarana pemasaran untuk memperkuat citra VinFast sebagai merek kendaraan listrik global. Pada kuartal I/2025, layanan taksi GSM menyumbang sekitar 21% penjualan mobil VinFast.

Meski demikian, langkah ekspansi GSM diprediksi tidak mudah. Analis Bloomberg Intelligence Nathan Naidu menilai GSM bakal menghadapi kompetisi ketat dari pemain lama di industri transportasi daring yang margin keuntungannya tipis. Apalagi, kehadiran GSM masih terbatas di luar negeri.

Perluasan pasar Asia

CEO GSM Global Nguyen Van Thanh menyebut perusahaan akan memperluas bisnis ke negara-negara Asia lain. Hal ini sebagai bagian dari strategi induk usaha Vingroup JSC, termasuk ke layanan transportasi antarkota, premium ride, logistik, hingga layanan korporasi.

Di Vietnam, GSM mencatat pangsa pasar 40% di sektor ride-hailing pada kuartal I/2025, sementara Grab menguasai 32% dan BE Group JSC sebesar 6%, menurut Mordor. Namun, riset Rakuten Insight menyebut Grab masih unggul dengan 55%, sedangkan GSM 35%.

Untuk Filipina, GSM berencana menginvestasikan US$1 miliar atau setara Rp16,26 triliun (asumsi kurs Rp16.264 per US$). selama tiga tahun. Investasi ini dilakukan setelah perusahaan mengirimkan 2.500 armada ke wilayah metropolitan Manila pada Juni 2025 lalu.

Di Indonesia, GSM menargetkan 10.000 unit taksi listrik berwarna cyan atau yang dikenal sebagai Green SM, beroperasi di jalan pada akhir 2025. Target ini akan langsung berhadapan dengan para pemimpin pasar di Indonesia seperti Grab, GoTo Group (Gojek), dan PT Blue Bird Tbk.

Proyeksi Pasar Indonesia

Menurut laporan Desember 2024 oleh analis Maybank Securities, Etta Rusdiana Putra dan Hussaini Saifee, GSM bisa meraih pangsa 6% pasar taksi daring Indonesia pada 2026 jika armada tumbuh menjadi 16.000 unit.

Sementara itu, jika ekspansi mencapai 35.000 unit atau setara dengan jumlah armada di Vietnam, pangsa pasar di RI bisa menembus 12% pada 2027.

Persaingan ini diperkirakan akan memangkas nilai penjualan on-demand Grab sekitar 1% dan GoTo sebesar 3% pada 2027.

Sementara itu, CEO Blue Bird Adrianto Djokosoetono menyebut, kehadiran GSM menjadi pemicu inovasi bagi perusahaannya.

“Blue Bird akan fokus pada layanan mobilitas, memperluas kemitraan, dan menjaga kualitas,” ujarnya.

Adapun, CEO GoTo Patrick Sugito Walujo pada Januari lalu juga mengakui GSM sebagai pesaing potensial di Indonesia.

Meski demikian, analis Bloomberg Intelligence Naidu menilai bahwa ukuran armada GSM masih jauh dibanding Grab dan Gojek yang telah mengoperasikan jutaan kendaraan di Asia Tenggara.

“Ekspansi GSM ke Indonesia belum menjadi ancaman besar bagi pemain utama,” kata Naidu.

GoTo sendiri sempat menarik bisnis ride hailing dari Thailand dan Vietnam dalam upaya efisiensi biaya, mencerminkan sulitnya menembus pasar baru di kawasan ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro