Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DUNIA OTOMOTIF: Bisnis mobil terganggu KRISIS EROPA

JAKARTA: Kalangan pebisnis otomotif memprediksi industri otomotif sepanjang tahun ini akan tumbuh konservatif kendati sejumlah ekonom tegas menyatakan dampak krisis Eropa tak akan memicu risiko fiskal yang berlebihan.

JAKARTA: Kalangan pebisnis otomotif memprediksi industri otomotif sepanjang tahun ini akan tumbuh konservatif kendati sejumlah ekonom tegas menyatakan dampak krisis Eropa tak akan memicu risiko fiskal yang berlebihan.

 

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman Maman Rusdi mengatakan dampak krisis Eropa yang dianggap sejumlah pengamat tak mengkhawatirkan hanyalah prediksi di atas kertas.

 

Kenyataannya, sejumlah perusahaan pembiayaan di dalam negeri berancang-ancang memperketat likuiditas karena sumber-sumber pendanaan mereka mulai terbatas. “Saya baru saja mendapatkan informasi dari beberapa perusahaan pembiayaan bahwa ketersediaan likuiditas mereka mulai terganggu,” katanya Jumat 13 Januari.

 

Dengan keadaan tersebut, ujarnya, pembiayaan otomotif pada semester I/2012 diperkirakan tak semudah seperti yang terjadi pada periode yang sama 2011.

 

“Sebagian besar transaksi kendaraan bermotor, sekitar 70% - 75%, dilakukan secara kredit. Kalau pembiayaannya susah, jelas akan menekan potensi transaksi. Atas pertimbangan itu, Gaikindo menargetkan pertumbuhan yang konservatif pada 2012,” ujarnya.

 

Sepanjang tahun ini, penjualan mobil seluruh merek secara wholesales (dari agen tunggal pemegang merek/ATPM ke diler) ditargetkan hanya tumbuh 3% - 4% dibandingkan dengan realisasi pada tahun lalu dari 894.180 unit menjadi sekitar 920.000 – 930.000 unit.

 

Selain akibat adanya ancaman kesulitan likuiditas pada lembaga pembiayaan, lanjut Sudirman, pembatasan BBM bersubsidi yang akan direalisasikan pada 1 April tahun ini juga berpotensi menekan transaksi mobil, terutama bagi para calon pembeli mobil pertama (entry level) yang memiliki sumber pendapatan skala menengah.

 

Meski demikian, lanjutnya, Gaikindo belum bisa memprediksi secara pasti seberapa parah dampak pembatasan BBM tersebut bagi dinamika bisnis otomotif pada semester II/2012. Namun, dia masih yakin dampaknya tak akan separah pada saat BBM bersubsidi tersebut dinaikkan seperti yang terjadi pada 2005.

 

“Pada saat BBM dinaikkan pada 2005, pasar mobil pada 2006 terganggu cukup besar dengan penurunan hingga 30%. Kondisi yang saya lihat saat ini tentu agak sedikit berbeda. Namun, masih sangat sulit bagi Gaikindo mengetahui secara tepat dampak yang ditimbulkannya,” lanjutnya.

 

Pada sisi lain, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi dalam menangkal dampak krisis global.

 

Beberapa di antaranya mempercepat penyerapan anggaran sejak awal tahun, menyediakan protokol pengelolaan krisis bersama Bank Indonesia, dan menyediakan dana stabilisasi obligasi. (Bisnis, 13 Januari 2012)

 

Dalam hal ini, lanjut Sudirman, Gaikindo juga memberikan catatan apabila potensi gangguan yang datang pada awal tahun ini dapat diredam dengan baik oleh seluruh pihak, penjualan mobil hingga akhir tahun ini masih bisa tumbuh 9,6% menjadi 980.000 unit.

 

“Bisa saja terjadi lonjakan. Untuk ekspor mobil, diprediksi akan tetap sama dengan kondisi tahun lalu yakni sekitar 100.000 unit karena kapasitas produksi industri otomotif nasional masih terbatas untuk ekspor. Karena itu, kami akan pantau dan koreksi terus perkembangannya setiap tiga bulan,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Heri Faisal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper