JAKARTA: Pemanfaatan kapasitas produksi (utilisasi) di kalangan pabrikan mobil pada semester II/2012 diyakini akan turun signifikan sejalan dengan adanya kekhawatiran merosotnya penjualan mobil akibat pukulan kenaikan uang muka.
Sepanjang 4 bulan pertama 2012, akumulasi produksi mobil masih mencapai 331.927 unit, atau rerata 84.448 unit per bulan. Itu berarti utilisasi produksi mobil pada periode tersebut mencapai 13,7% di atas kondisi normal.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat total kapasitas produksi di industri perakitan mobil nasional, tanpa lembur, mencapai 891.500 unit per tahun, atau rerata 74.292 unit per bulan.
Ketua Umum Gaikindo Sudirman M. Rusdi memprediksi hingga semester I, penjualan dan produksi mobil masih berpeluang menembus 500.000 unit. "Namun, pada semester II, kami khawatir penjualan dan produksi akan lebih kecil daripada semester I,” tuturnya kepada Bisnis hari ini.
Presiden Direktur PT Hyundai Mobil Indonesia Jongkie D. Sugiarto sempat memprediksi penjualan mobil pada tahun ini bisa lebih rendah 6,06% dibandingkan dengan pencapaian pada tahun lalu dari 894.164 unit menjadi sedikit di atas 840.000 unit.
Asumsi tersebut bisa diartikan bahwa jika produksi pada semester I masih bisa menembus 500.000 unit, produksi mobil pada semester II/2012 hanya akan mencapai 333.313 unit, atau rerata 55.552 unit per bulan.
Artinya, pemanfaatan kapasitas terpasang pada semester II akan merosot 47,9% dari kondisi overcapacity 113,7% pada semester I menjadi hanya 65,8%.
Jika dihitung berdasarkan kapasitas terpasang normal atau asumsi produksi moderat yang rerata sebesar 74.292 unit per bulan tadi, tetap akan terjadi koreksi sekitar 25,2% dari 100% menjadi hanya 74,8% pada semester II.
Komisaris Utama PT Indomobil Sukses Internasional Tbk Subronto Laras kepada Bisnis mengatakan kendati ada banyak prediksi penjualan mobil dan motor akan terpangkas pada semester II, hal itu masih sulit dibuktikan secara pasti.
Menurut dia, ada banyak hal yang membuat pasar otomotif sulit diprediksi. “Meski tidak banyak, masih ada konsumen yang membeli mobil secara tunai dan banyak pembeli yang membayar uang muka di atas 20% karena daya beli masih kuat,” tuturnya.
Namun, lanjutnya, asumsi yang paling gampang dari hubungan sebab-akibat ini adalah dengan menyatakan bahwa kebijakan penaikan uang muka akan menurunkan produksi dan penjualan karena sekitar 70% transaksi kendaraan dilakukan secara kredit.
“Kalau volume penjualan turun, produksi ikut turun. Kalau semua turun, perusahaan tidak perlu [mempekerjakan] banyak orang lagi. Mungkin pada semester II dampaknya akan terasa tapi semua masih akan kami lihat,” tuturnya.(msb)
BACA JUGA:
11:56 - Dolar AS Keok Di Pasar Asia
10:58 - HARGA EMAS Naik 1,93 Sen Dolar/Gram
06:53 - EDITORIAL BISNIS: Kasus Korupsi Jangan Tertutup Karena Musibah Sukhoi
02:25 - GAGALNYA LADY GAGA: Sold Out Dulu Baru Izin…?
01:55 - BLACK BOX SUKHOI: Ini Rute Perjalanan Panjang Kotak Hitam Setelah Ditemukan