BISNIS.COM, JAKARTA—Pelaku usaha kecil dan menengah Indonesia secara umum akan menghadapi berbagai tantangan berat dan semakin tajam pada saat agenda Masyarakat Ekonomi Asean diberlakukan pada 2015 mendatang.
I Wayan DIpta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, mengemukakan satu hal yang harus ditingkatkan dari sisi standar desain dan kualitas produk. Paling tidak bisa sesuai dengan ketentuan Asean, misalnya ISO-26000.
”Persaingan paling tajam di antaranya memperoleh sumberdaya untuk menjaga dan meningkatkan daya saing usaha kecil menengah (UKM) sebagai penghasil industri kreatif dan inovatif,” katanya kepada Bisnis, Senin (15/4).
oleh karena itu solusi terbaik menghadapi agenda Masyarakat Ekonoimi Asean (MEA) 2015 adalah meningkatkan kemampuan UKM agar bisa memanfaatkan fasilitas pembiayaan. Termasuk meningkatkan kerja sama antara negara-negara Asean.
Sesuai kajian yang dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM, maka ada enam rekomendasi yang diberikan agar UKM Indonesia bisa tetap eksis pada MEA 2015. Pertama adalah, meningkatkan akses financial. Kedua, meningkatkan akses pasar.
Ketiga, mendorong UKM melakukan riset agar lahir inovasi dan kreatif. Keempat, meningkatkan jasa layanan inforimasi dan konsultasi. Kelima, meningkatkaan koordinasi dan pemantauan, dan yang terakhir mengembangkan Asean SME Policy Index.
”Maksudnya, mengkompilasi berbagai praktek terbaik untuk strategi kerja sama, klastering industri, entreprenrushsip development, inkubator bisnis, dan menetapkan bidang-bidang yang perlu diperbaiki di masing-masing negara Asean," ujarnya. (if)
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN: UKM Harus Hadapi Dengan ISO-26000.
BISNIS.COM, JAKARTA—Pelaku usaha kecil dan menengah Indonesia secara umum akan menghadapi berbagai tantangan berat dan semakin tajam pada saat agenda Masyarakat Ekonomi Asean diberlakukan pada 2015 mendatang. I Wayan DIpta, Deputi Bidang Pengkajian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium