BISNIS.COM, SEMARANG – Konsumsi elpiji ukuran 3 kilogram di wilyah Jateng-DIY pada kuartal pertama 2013 mencapai sebesar 74.608.163 tabung atau meningkat sekitar 10% dibandingkan periode Januari-April tahun lalu hanya 67.236.730 tabung, seiring meningkatknya permintaan dari masyarakat.
Namun begitu, PT Pertamina Region IV Jateng-DIY menilai kenaikan konsumsi tersebut dianggap masih wajar, meskipun alokasi elpiji untuk kalangan rumah tangga dan usaha kecil mikro tahun ini turun 2% dibandingkan kuota tahun lalu.
Asisten External Relation Manager PT Pertamina Region IV Jateng-DIY, Heppy Wulansari mengatakan kuota elpiji 3 kilogram (kg) tahun ini ditetapkan 190.513.000 tabung untuk Jateng dan 20.423.333 tabung untuk DIY, turun 2% dibandingkan kuota 2012 sebesar 194.381.336 tabung (Jateng) dan 20.896.080 tabung (DIY).
“Sementara untuk konsumsi Januari-April 2013 di dua wilayah ini sudah mencapai 74.608.163 tabung atau meningkat sekitar 10% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 67.236.730 tabung seiring peningkatan permintaan masyarakat,” tuturnya, Jumat (10/5).
Menurutnya, peningkatan konsumsi tersebut hampir merata terjadi di seluruh kabupaten/kota di Jateng-DIY, yang rata-rata berkisar 10%, dan dinilai masih dalam ambang wajar serta masih mampu dicover dengan baik oleh Pertamina.
“Kami belum menemukan adanya indikasi penyimpangan distribusi atau pun penimbunan. Peningkatan konsumsi dimungkinkan karena sejumlah faktor, diantaranya pertambahan penduduk sehingga makin banyaknya usaha kecil yang bermunculan,” ujarnya.
Pihaknya juga tidak menepis kemungkinan adanya peralihan penggunaan elpiji 12 kg ke 3 kg oleh konsumen, mengingat disparitas harga keduanya cukup tinggi, meskipun hal itu belum dapat dipastikannya.
“Karena masih wajar maka Pertamina belum berencana melakukan pengetatan distribusi elpiji 3 kg kepada masyarakat. Namun begitu sebagai antisipasi habisnya kuota sebelum akhir tahun akibat peningkatan konsumsi itu, pemerintah sudah berencana menambah kuota,” tuturnya.
Jadi, lanjutnya, masyarakat tidak perlu khawatir kehabisan dan tetap menggunakan elpiji sesuai kebutuhan.
Namun, menurut Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jateng, Ngargono berpendapat berlainan. Menurutnya dalam dua bulan terakhir di sejumlah titik di Kota Semarang mengalami kelangkaan elpiji 3 kg, yang diakibatkan berkurangnya jatah pasokan dari Pertamina kepada agen.
“Informasi dari agen, jatahnya dikurangi. Stok berkurang sementara permintaan cenderung bertambah, otomatis masyarakat akan kesulitan mendapat elipiji,” tuturnya.
Akibatnya, lanjut Ngargono, hal tersebut memicu merangkaknya harga jual elpiji 3 kg dipasaran, dari awalnya sekitar Rp13.000/tabung naik menjadi Rp15.000 per tabung.
“Di satu sisi, sampai sekarang belum ada regulasi yang mengatur secara gamblang soal harga eceran tertinggi (HET) elpiji 3 Kg. Ini membuat HET rentan dipermainkan dan pada ujungnya masyarakat selaku konsumen yang akan dirugikan,” ujarnya. (k39/dot)