BISNIS, BOGOR— Pemerintah mendukung dan mengapresiasi Gerakan Revolusi Oranye yang digagas Institut Pertanian Bogor.
Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim menyampaikan apresiasinya setelah acara Pengukuhan Tim Inisiator Revolusi Oranye di Ruang Sidang Gedung Andi Hakim Nasoetion Kampus IPB Darmaga.
“Kami mengapresiasi IPB yang mendorong bangkitnya produksi buah nusantara. Tentunya buah yang patut dibanggakan baik dari mutu dan ketersediaan,” ujar Hasanuddin dalam siaran pers IPB, Kamis (16/5/2013).
Kalau dibandingkan adengan buah impor, produksi nasional jauh lebih besar. Namun buah nusantara sulit ada di supermarket karena kendala teknis dan sistem pembayaran.
Impor terbesar Indonesia adalah buah jeruk, menyusul apel, anggur, per, plum, kiwi . Dirjen Hortikultura mengatakan agar komoditas jeruk yang dibenahi dulu.
Harapannya, dengan adanya 3000 hektar lahan marjinal dari PTPN VII yang di alokasikan untuk kebun buah (durian, manggis, alpukat, pepaya, pisang) dengan kualitas bibit dan hasil yang unggul, mampu menjadi ujung tombak ekspor buah Indonesia.
Berdasarkan pengalaman IPB yang berhasil mendiseminasikan riset manggis Wanayasa kepada petani sehingga 80% total produksinya tembus pasar ekspor, IPB menggagas Revolusi Oranye yang menitikberatkan pada tiga pilar yakni peningkatan konsumsi, produksi dan ekspor buah nusantara.
“Thailand rata-rata 30-40% buahnya yang diekspor. Saya kira Indonesia lebih potensial dari Thailand. Maka saya yakin 2040 Indonesia bisa menjadi eskportir terbesar buah tropis,” ujar Jumadi S. Witopawiro salah satu inisiator yang juga alumni Jurusan Agronomi IPB.
Dalam kesempatan ini Rektor IPB mengukuhkan 63 orang yang menginisiasi program dan gerakan perubahan yang signifikan dalam bidang kebijakan, kelembagaan dan penetrasi pasar buah nusantara.
Tujuannya untuk memperkokoh kemandirian konsumsi buah nusantara dan mewujudkan posisi Indonesia sebagai salah satu negara produsen dan eksportir buah tropika terbesar dunia. (ltc)