Pemerintah Indonesia menunjukan komitmen kuat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) seperti tertuang dalam Perpres No.61/2011. Konsekuensi terhadap pelaksanaan perpres ini adalah Indonesia berkomitmen menurunkan emisi GRK sebesar 26% dengan usaha sendiri dan target komitmen itu dapat naik sampai 41% jika mendapat bantuan internasional.
Teknologi carbon capture and storage (CCS) merupakan salah satu teknologi yang dapat membantu pemerintah dalam memenuhi komitmen pada saat ini, karena karakteristiknya mampu mengurangi emisi GRK dalam skala besar dan periode yang pendek.
Untuk mengimplementasikan teknologi CCS diperlukan informasi mengenai kesesuaian (suitability) dari suatu formasi geologi untuk penyimpanan CO2 (CO2 storage) dan kapasitas simpan CO2 yang tersedia. Salah satu formasi geologi yang dapat digunakan untuk penyimpanan CO2 adalah lapisan batubara (coal seam).
Selama ini penggunaan batubara senantiasa dikaitkan dengan sumber emisi CO2. Dalam kenyataannya lapisan batubara juga merupakan media yang sangat baik untuk menyimpan emisi CO2. Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Migas dan Gas Bumi “LEMIGAS”. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan penelitian menyimpan CO2 pada lapisan batubara.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel lapisan batubara dari Lapangan Rambutan, Sumatera Selatan. Tujuannya adalah memperkirakan kapasitas simpan CO2 empat lapisan batubara di daerah tersebut. Satu set kriteria disusun untuk mengevaluasi dan memilah keempat lapisan batubara dengan karakteristik berbeda.
Hasil penelitian yang dilakukan LEMIGAS menunjukan lapisan batubara yang berada di Lapangan Rambutan memiliki kriteria yang sesuai untuk dijadikan sebagai lokasi penyimpanan CO2. Permeabilitas lapisan batubara Lapangan Rambutan memenuhi syarat untuk penyimpanan CO2, dengan nilai rentang antara 3.35-10.85 milli Darcy. Permeabilitas yang tinggi akan memudahkan proses injeksi dan akses menuju sistem rekahan (cleat systems) sehingga dapat berdifusi ke matriks batubara dan tersimpan selama-lamanya. Permeabilitas yang tinggi juga berkorelasi langsung dengan injektivitas yang dapat mencerminkan kebutuhan tekanan injeksi yang tidak terlalu tinggi dan kebutuhan akan sumur injeksi yang banyak untuk memanfaatkan kapasitas simpan itu.
Struktur geologi lokal yang dimiliki Lapangan Rambutan juga mendukung untuk dijadikan sebagai tempat penyimpanan CO2, yaitu dengan lipatan dan patahan yang minim. Lapisan batubara pada Lapangan Rambutan berada pada Formasi Muaraenim dan berdasarkan tingkat tektoniknya, Formasi Muaraenim dikategorikan dalam kelompok geologi rendah yang dipengaruhi oleh tingkat deformasi tektonik rendah dengan ciri memiliki patahan yang renggang dan lipatan dari moderat hingga datar.