Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pedagang Daging Indonesia mengusulkan pemerintah lebih baik membantu menyalurkan sapi potong yang diusahakan sejumlah BUMN ke pasar untuk menekan harga daging yang tinggi sejak tahun lalu.
Langkah itu dipandang lebih baik ketimbang mendatangkan daging sapi beku dari luar yang belum tentu terjamin kehalalannya. Cara tersebut juga dinilai mampu menekan perusahaan penggemukan sapi (feedloter) yang dicurigai menahan stok sapi potong.
Ketua APDI Asnawi mengatakan pemerintah dapat memerintahkan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), PT Berdikari United Livestock (BULI) dan beberapa PT Perkebunan Nusantara (PTPN) untuk memasok sapi potong ke rumah pemotongan hewan (RPH) dan selanjutnya dijual lewat APDI.
Dia memperkirakan PT RNI mampu memasok 3.000-5.000 ekor sapi potong saat ini. Sementara itu, beberapa PTPN dengan program sapi-sawit mereka mampu menyuplai 10.000-25.000 ekor. Belum lagi PT BULI.
“Kami sudah mengusulkan, tapi tidak dihiraukan pemerintah,” ujarnya dalam konferensi pers ‘Kehalalan Daging Sapi Impor’, Sabtu (20/7).
Menurutnya, usulan APDI bukan ‘pepesan kosong’. Asosiasi itu telah bekerja sama dengan PT Tunggal Unggul Mandiri (TUM) dan mampu menjual daging sapi lebih murah dari harga di pasaran pada umumnya.
Di tingkat RPH, perusahaan ternak sapi potong yang berlokasi di Tangerang itu bersedia menjual sapi potong Rp33.000 per kg berat hidup atau lebih rendah dari harga normal yang dipatok perusahaan itu di kisaran Rp37.500-Rp38.500 per kg berat hidup.
Selanjutnya, APDI membeli karkas dari RPH hanya Rp66.000-Rp67.000 per kg dan menjualnya kepada konsumen Rp75.000-Rp90.000 per kg, bergantung pada kualitas daging.