Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia Juni 2025 surplus US$4,10 miliar. Nilai surplus itu menciut secara bulanan karena kinerja ekspor yang turun.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menjabarkan bahwa Indonesia mencatatkan ekspor US$23,44 miliar pada Juni 2025. Jumlahnya terdiri dari ekspor nonmigas senilai US$22,33 miliar dan ekspor migas senilai US$1,11 miliar.
ekspor nonmigas tercatat tumbuh 12,61% (year on year/YoY), sedangkan ekspor migas turun 9,85% (YoY). Secara keseluruhan, nilai ekspor Indonesia Juni 2025 tumbuh 11,29% (YoY).
Sementara itu, Indonesia mencatatkan impor US$19,33 miliar pada Juni 2025. Jumlahnya terdiri dari impor nonmigas senilai US$17,11 miliar dan impor migas senilai US$2,22 miliar.
Impor nonmigas tercatat naik 12,07% (YoY), sedangkan impor migas turun cukup dalam yakni 32,07% (YoY). Secara total, nilai impor Indonesia Juni 2025 naik 4,28% (YoY).
Kinerja itu membuat Indonesia mencatatkan surplus neraca dagang US$4,10 miliar pada Juni 2025.
Baca Juga
"Pada Juni 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$4,10 miliar. Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 62 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020," ujar Pudji pada Jumat (1/8/2025).
Pudji menjabarkan bahwa komoditas penyumbang surplus utama adalah lemak dan minyak nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72).
Neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit US$1,11 miliar pada Juni 2025. Komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.
Nilai neraca perdagangan Juni 2025 tersebut tercatat lebih rendah dari Mei 2025 yang senilai US$4,30 miliar.
Sebelumnya, para ekonom memperkirakan surplus neraca dagang Juni 2025 akan menyusut. Hal itu tercermin dari konsensus proyeksi yang dihimpun Bloomberg dari 24 ekonom, bahwa surplus neraca dagang diperkirakan sekitar US$3,45 miliar per Juni 2025.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang melihat dari sisi eksternal, neraca perdagangan Juni 2025 diperkirakan masih melanjutkan surplus sebesar US$4,20 miliar, memperpanjang tren surplus selama 62 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Ekspor diperkirakan masih tumbuh kuat sebesar 10% (YoY), ditopang oleh peningkatan pengiriman produk kelapa sawit, logam dasar, dan komponen elektronik ke AS dan China.
Sebaliknya, impor hanya tumbuh 5% (YoY), mencerminkan pelemahan permintaan domestik serta berlanjutnya kontraksi PMI manufaktur yang masih berada di bawah level 50.
Adapun, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Andry Asmoro memprediksi surplus neraca perdagangan Juni 2025 lebih rendah, yakni akan mencapai US$3,32 miliar.
"Hal ini sejalan dengan peningkatan impor dari China, sementara ekspor melambat akibat melemahnya permintaan dari India dan China," tuturnya, Kamis (31/7/2025).