Bisnis.com, JAKARTA—Neraca perdagangan diprediksi mulai mengalami proses penyeimbangan pada Agustus 2013 seiring dengan harga beberapa komoditas ekspor non migas yang mengalami kenaikan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan defisit berpotensi tereduksi secara bertahap karena harga komoditas yang terpantau mulai menguat. Terlebih, volume ekspor Indonesia juga selalu mengalami peningkatan.
“Mulai Agustus mungkin baru mulai proses pemulihan neraca perdagangan kita. Jika harga naik ditambah dengan volume ekspor yang besar, maka berpotensi mendongkrak nilai ekspor,” kata Sasmito kepada wartawan di kantornya, Senin (2/9/2013).
Dia menambahkan indeks harga perdagangan besar (IHPB) Indonesia untuk komoditas non migas ekspor dan impor memang mengalami kenaikan. Namun, laju kenaikan harga ekspor lebih tinggi dibandingkan dengan harga impor.
Berdasarkan data BPS IHBP non migas ekspor tercatat mengalami kenaikan rata-rata 2,17%, sedangkan harga rata-rata impor hanya naik 1,17%. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan pada Agustus 2013 antara lain kentang, buah-buahan, kelapa, ikan laut, logam mulia, buah dan sayuran impor, mesin impor untuk industri, kakao ekspor, minyak kelapa sawit ekspor, serta bubur kertas ekspor.
Sasmito menuturkan tingginya volume ekspor nasional menunjukkan bahwa produk lokal telah mempunyai daya saing di pasar internasional. Terlebih, Indonesia mengalami depresiasi rupiah sejak Agustus.
Volume perdagangan Indonesia mencatatkan surplus hingga 42,87 juta ton periode Januari-Juli 2013.
“Melemahnya rupiah ini membuat harga produk ekspor kita lebih kompetitif di pasar internasional. Kalau volume bisa dipertahankan, saat harga pasar mulai membaik nilai ekspor kita bisa optimal,” ujarnya.