Bisnis.com, JAKARTA - Budidaya tanaman buah salak Condet di Kelurahan Balekambang, Kramatjati, Jakarta Timur, selama ini terganjal terbatasnya lahan penanaman.
"Pertanian salak sudah hampir punah, hanya tinggal di sepadan sungai Ciliwung dan di areal percontohan saja," kata Lurah Balekambang, Ahmad Maulana, di Jakarta, Senin (11/11/2013).
Menurut Ahmad, para pemilik lahan lebih tertarik menjadikan areal pertaniannya menjadi perumahan ketimbang menanam salak.
Umumnya mereka menjadikan bangunan itu sebagai rumah kontrak bulanan, sehingga lebih banyak menghasilkan uang.
Ketua Komunitas Ciliwung Condet, Abdul Kodir, mengemukakan bahwa biaya hidup yang tinggi di Jakarta menjadikan budidaya tanaman salak tidak lagi menjanjikan dibanding mendirikan rumah-rumah kontrakan.
"Biaya hidup cukup tinggi. Kontrakan itu lebih menjanjikan daripada tanaman salak," ujar pria yang juga terlibat dalam pembudidayaan salak Condet itu.
Sekalipun demikian, ia menilai ada sejumlah masyarakat yang masih membudidayakan tanaman salak hanya untuk dikonsumsi sendiri, dan bukan untuk dijual.
Di Kelurahan Balekambang, pembudidayaan salak hanya terdapat di sepadan Sungai Ciliwung dan lahan percontohan budidaya tanaman buah lokal, seperti tanah seluas tiga hektare milik departemen pertanian untuk tanaman salak.
"Hanya saja belum dikelola dengan baik," kata Ahmad.
Kelurahan Balekambang pada masa lalu dikenal sebagai salah penghasil buah salak Condet. Tanaman induk salak tumbuh subur di wilayah yang termasuk cagar budaya Betawi itu.
Hanya saja, ia mengemukakan, lambat laun keberadaan salak kian terjepit alihfungsi lahan menjadi permukiman warga.
Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Joko Widodo dalam kunjungannya ke Balekambang, Minggu (10/11/2013) kembali menetapkan wilayah tersebut sebagai kawasan cagar budidaya tanaman salak Condet.
Jokowi pada hari itu bersama Presiden RI periode 2001-2004, Megawati Soekarnoputri, pada hari itu mengunjungi pinggiran Sungai Ciliwung di Kelurahan Balekambang.