Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pembina Konstruksi Indonesia menyatakan Indonesia belum mampu memasok peralatan dan material pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) secara mandiri.
Kepala Badan Pembina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum Hediyanto Husaini mengatakan jembatan yang akan memiliki bentang terpanjang di dunia tersebut memerlukan teknologi yang canggih.
"Ada permasalahan, terutama mengenai alat-alat yang akan dipakai," katanya dalam acara The 8th Indonesia-Japan Conference on Construction, Kamis (21/11/2013).
Jembatan senilai Rp200 triliun tersebut terdiri dua bentang dan teknologi untuk pembangunannya saat ini belum tersedia.
Hediyanto bercerita, pemerintah sempat kesulitan mencari alat canggih untuk pembangunan Jembatan Suramadu yang tidak tersedia di Indonesia.
Alat tersebut adalah traveler yang digunakan untuk mengecor beton bentangan jembatan yang berada di tengah laut.
Alat itu, sambungnya, juga tidak dapat diperoleh di Asia Tenggara, sehingga pemerintah harus membeli dari Taiwan untuk melakukan pengecoran tersebut.
"Bentang terpanjang di dunia akan ada di JSS dan dibuat sebanyak dua buah. Mungkin, saat ini teknologinya belum ada di dunia dan akan menggunakan teknologi baru," ujarnya. (ra)