Bisnis.com, BANDUNG - Petani kakao Jawa Barat meminta pemerintah segera melakukan sertifikasi kakao guna menyasar pasar ekspor.
Wakil Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Jawa Barat Warino Ma’ruf Abdulloh mengemukakan selama ini petani kesulitan mendapatkan sertifikasi akibat kurangnya perhatian pemerintah terhadap budidaya kakao.
“Selama ini petani kakao di Jabar belum mampu menyasar pasar ekspor akibat belum adanya sertifikasi, sehingga petani hanya mengandalkan pasar domestik,” katanya kepada Bisnis, Kamis (12/12/2013).
Sertifikasi adalah bentuk pengakuan bahwa kakao yang dikelola di Jabar sudah sesuai standar sebagaimana prinsip pengelolaan internasional. Menurutnya, kakao merupakan salah satu komoditas unggulan dunia yang memiliki nilai cukup tinggi.
APKAI menyebutkan saat ini harga kakao di pasar domestik, baik yang fermentasi dan tidak fermentasi, hanya di kisaran Rp20.000 per kilogram. Selama ini petani masih belum banyak yang tertarik untuk melakukan fermentasi karena selisih harga kakao fermentasi dengan biji kakao yang tidak difermentasi sangat tipis.
Padahal, jika kakao sudah difermentasi dan mendapat sertifikasi, akan membuat kakao Jabar bisa menyasar pasar ekspor dengan harga yang lebih tinggi. Di samping itu, akibat hujan yang berkepanjangan, kualitas kakao memburuk bahkan produksi anjlok hingga 50% yang tersebar di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Pangandaran.
Warino menjelaskan curah hujan yang tinggi menyebabkan tanaman kakao rawan terserang hama. “Kami belum bisa menyebutkan berapa jumlah riilnya, namun dipastikan produksi anjlok hingga 50%,” jelasnya.
Dia mengungkapkan produksi yang anjlok juga menyebabkan banyak petani kakao beralih menjadi petani karet karena dinilai lebih menguntungkan. (Adi Ginanjar Maulana/Wandrik Panca Adiguna)