Bisnis.com, JAKARTA - Sepuluh perusahaan makanan raksasa dinilai lambat mengatasi persoalan sistem pangan global, akibat masih minimnya solusi korporasi tersebut terkait perampasan lahan, kelaparan, kemiskinan, dan hak perempuan.
Hal itu disampaikan dalam laporan pemeringkatan Oxfam International dengan nama Behind the Brands pada Februari.
Menurut organisasi tersebut, perusahaan mulai membuat pelbagai kebijakan yang berkelanjutan dan adil, walapun kemajuannya masih berjalan lamban, sehingga berpengaruh terhadap masalah masyarakat dan lingkungan.
"Terlalu banyak perusahaan yang masih terjebak dengan kebijakan yang gagal mengukur ancaman-ancaman terhadap industri mereka serta keinginan konsumen atas transparansi sekaligus tanggung jawab. Tren secara keseluruhan sudah ke arah yang benar, tetapi kemajuannya masih perlahan," demikian laporan singkat berjudul Race to the Top: One Year of Looking Behind the Bars, Jumat (28/2/2014).
Perubahan besar terjadi saat konsumen mulai aktif melibatkan diri untuk menyerukan pelbagai perubahan oleh perusahaan makanan raksasa tersebut. Behind the Brands sendiri dilakukan sejak 2013, dan kini terdapat perubahan peringkat untuk setiap perusahaan.
Oxfam mengungkapkan beberapa perusahaan seperti salah satu produsen susu, perusahaan minuman, telah berlomba untuk menciptakan kebijakan guna mengatasi masalah kelaparan, kemiskinan, hak perempuan, perampasan lahan dan perubahan iklim dalam rantai pasokannya.
Walaupun menujukkan kemajuan dalam setahun terakhir, demikian laporan tersebut, para perusahaan tersebut masih memiliki jalan panjang untuk menuntaskan masalah-masalah tersebut.
Kartu skor yang dipakai Oxfam adalah 8-10 (bagus); 6-7 (cukup); 4-5 (ada kemajuan); 2-3 (kurang) dan 0-1 (sangat kurang.) Masalahnya terdapat pada lahan, perempuan, petani, pekerja, perubahan iklim, transparansi dan air.
Untuk peringkat lengkap hasil laporan tersebut, bisa dibaca dalam Race to the Top: One Year of Looking Behind the Bars.