Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah harus memberikan insentif kepada pemasok fatty acid methyl ester (FAME) di daerah terpencil, untuk menjaga kesinambungan pendistribusian bahan bakar nabati (BBN) di kawasan Indonesia Timur.
Ali Mundakir, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan perusahaan masih membutuhkan waktu untuk menyalurkan biosolar di Indonesia Timur. Pasalnya, perusahaan yang memasok FAME membutuhkan waktu untuk membangun fasilitas penyimpanan di wilayah tersebut.
“Penambahan biaya handling FAME, modifikasi, dan penambahan fasilitas penimbunan BBN di beberapa wilayah dapat berdampak pada kenaikkan harga jual biosolar dibandingkan dengan solar,” katanya di Jakarta, Rabu (12/3/2014).
Ali Menuturkan Pertamina sendiri akan melaksanakan lelang pengadaan 850.000 kiloliter FAME untuk kebutuhan 2014-2015 tahap ketiga. Rencananya, 115.000 kiloliter per tahun FAME diantaranya akan disalurkan untuk kebutuhan di Sumatra, dan 28.000 kiloliter per tahun untuk memenuhi kebutuhan di Nusa Tenggara.
Kemudian, 335.000 kiloliter per tahun untuk memenuhi kebutuhan FAME di Kalimantan dan Sulawesi, serta 372.000 kiloliter per tahun untuk memenuhi kebutuhan di Papua.
Lelang tersebut merupakan kelanjutan dari dua proses lelang pengadaan FAME yang dilakukan perseroan. Dari target pengadaan 5,3 juta kiloliter, Pertamina hanya mampu memperoleh pasokan 2,38 juta kiloliter FAME hasil dua proses lelang sebelumnya.