Bisnis.com, CIAMIS - Peternak di Kabupaten Ciamis Jawa Barat mengaku tidak mampu memenuhi permintaan ayam kampung dari kota besar, seperti Bandung dan Jakarta.
Ketua Ternak Ayam Ciung Wanara Kabupaten Ciamis Edy Ediyana mengatakan tidak mampu mencukupi permintaan tersebut karena jumlah produksi ayam sangat terbatas sehingga realisasi permintaan pasar minim.
Dia menjelaskan pihaknya hanya mampu mengirim ayam kampung jenis Sentul ke Kota Bandung dan Jakarta. Sementara ke kota lain seperti ke Bekasi Surabaya belum bisa dipenuhinya.
“Ke Bandung juga kini minta setiap hari dikirim 600 ekor. Kami hanya mampu memenuhi 600 ekor itu dalam 3 hari,” ungkap Edy kepada Bisnis.com, Rabu (12/3/2014).
Menurutnya, minimnya pasokan karena bibit ayam jenis tersebut susah didapat karena belum banyak peternak atau pengusaha yang khusus membudidaya ayam kampung secara massal.
Pasokan selama ini hanya mengandalkan peternak tradisional yang beternak ayam sambilan dengan waktu pembesaran sangat lambat ketimbang ayam ras pedaging dengan cara modern, sehingga musim panen menjadi lambat pula.
“Memang sudah ada pengusaha yang khusus ternak ayam kampung. Paling banyak hanya mencapai 1.000 ekor per periode. Satu periodenya selama tiga bulan dengan ukuran ayam saat dipanen seberat 1 kg,” katanya.
Dia mengatakan harga ayam kampung di tingkat petani untuk saat ini Rp28.000/kg, dengan keuntungan mencapai Rp5.000/kg.
Edy juga menjelaskan saat ini peternakan ayam kampung masih bisa dikendalikan peternak rakyat, sehingga tidak ada penguasaan pasar pada jenis ayam tersebut.
Akan tetapi, pihaknya meminta pemerintah untuk mengawasi dan dan memberikan perhatiannya kepada peternak rakyat.
"Di Ciamis, ayam kampung belum terjadi monopoli pasar, namun kami takut lambat laun hal ini bisa terjadi," ujarnya.
Dia menyebutkan di Ciamis sudah ada empat perusahaan yang terjun dalam bisnis ayam kampung, dan itu menjadi ancaman yang cukup membahayakannya. (Adi Ginanjar Maulana/Anep Paoji)