Bisnis.com, JAKARTA—Otoritas sektoral yang berwenang di bidang pertanian mengeluhkan tidak adanya dukungan dari lembaga pembiayaan untuk peningkatakan produktivitas tanaman pangan.
“Sampai saat ini belum ada perbankan khusus pertanian, padahal negara yang maju selalu ada bank yang spesifik pertanian,” kata Menteri Pertanian Suswono, Senin (19/5/2014).
Hal itu, paparnya, terkait dengan skema khusus kredit yang diperuntukkan bagi petani seperti subsidi bunga dari negara sehingga ringan dan kemudahan akses, serta yang paling penting adalah petani tidak perlu terbebani agunan.
Dia menuturkan, selama ini skema Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) yang menerapkan bunga hingga 5-6% tidak terlalu diminati petani karena prosesnya yang cenderung rumit.
KKPE Serapan yang rendah tersebut, ujar Suswono, dikarenakan lembaga keuangan tidak memiliki inisiatif untuk mendekat ke petani, baik secara jarak maupun administratif. “Sekarang ini, petani susah mengakses perbankan. Sesekali perlu dicoba kas keliling atau apa yang bisa langsung ke lapangan,” tambahnya.
Pada kesempatan terpisah, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengungkapkan bahwa sampai saat ini perbankan masih menganggap sektor pertanian tidak bankable dan beresiko tinggi. Dia menuturkan, umumnya kebutuhan kredit untuk petani padi berada di kisaran Rp10 juta, sementara untuk hortikultura lebih besar lagi, yaitu berkisar Rp25 juta.
Oleh karena itu, paparnya, turunnya perbankan ke level petani harus diiringi dengan pasangannya, yaitu asuransi. “Di pedesaan itu lebih banyak simpanan dibandingkan dengan kredit,” katanya.