Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah disarankan untuk merealokasi subsidi energi demi mengerem pertumbuhan konsumsi. Hal itu perlu dilakukan agar defisit neraca perdagangan tidak semakin membengkak.
Ekonom Citibank Indonesia Helmi Arman mengatakan pemerintah perlu melakukan rebalancing dari perekonomian yang didorong oleh konsumsi menjadi berbasis investasi dan ekspor. Menurutnya, upaya yang perlu dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5% tahun ini jauh lebih berat ketimbang upaya mencapai pertumbuhan 6% beberapa tahun lalu.
"Reformasi struktural harus jalan. Sekarang ada defitis transaksi berjalan yang sudah struktural, ini akibatk arah pembangunan yang kurang terkendali. Banyak strategi pembangunan tapi implementasinya kurang," ujarnya dalam acara buka puasa bersama Citi Indonesia, Kamis (3/7/2014).
Dia mengatakan dampak penaikan suku bunga acuan 7 bulan lalu masih terasa sampai saat ini. Dia menilai kebijakan terkait subsidi energi akan sangat berpengaruh. "Jika cepat dilakukan akan mengurangi defisit, dan Bank Indonesia tidak perlu lebih dalam di suku bunga."
Menurut Helmi, penurunan investasi yang terjadi saat ini cenderung terjadi karena siklus. Dia meyakini dengan kebijakan yang tepat investasi akan kembali naik.
Chief Country Officer Citibank Indonesia Tigor Siahaan mengatakan secara global portofolio justru berbalik dari emerging market ke developed market. Begitu pula dengan foreign direct investment. Menurutnya masih ada isu fundamental yang harus dibereskan di emerging market.
Pemerintah Diminta Segera Realokasi Subsidi Energi
Pemerintah disarankan merealokasi subsidi energi untuk mengerem pertumbuhan konsumsi. Hal itu perlu dilakukan agar defisit neraca perdagangan tidak semakin membengkak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Galih Kurniawan
Editor : Taufik Wisastra
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
4 jam yang lalu