Bisnis.com, JAKARTA--Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia optimis uji coba kewajiban B20 yang dilakukan pekan lalu akan berjalan lancar, sehingga membuat prospek bisnis biodiesel nasional kembali cerah setelah sebelumnya dihantam berbagai kendala.
Sekjen Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia (Aprobi) Togar Sitanggang menuturkan, apabila uji coba tersebut berlangsung lancar, maka pihaknya yakin pada tahun depan skema kewajiban mencampur solar dengan minyak sawit sebesar 20% (B20) akan berlaku.
"Kalau kami yakin B20 ini tidak ada masalah. Kami di kebun sendiri pakai kok untuk logistik, transportasi, dll. Malah kami sering pakai sampai 80%. Tapi karena tidak ilmiah, ya tidak bisa kami umumkan," ujarnya.
Namun, dia mengemukakan secara umum harga yang ditawarkan tidak menarik karena masih memakai patokan solar atau skema Mean of Platts Singapore (MOPS) plus, bukan harga internasional untuk minyak sawit.
"Argumen kami, MOPS kan basisnya fosil oil, sedangkan biodiesel adalah nabati. Ini 2 komoditi yang berbeda. Selama Februari-April 2014, sudah terjadi selisih US$50-60/metrik ton (MT), jadi kita rugi banyak," ungkap Togar.
Dia menjabarkan, pihaknya dan Pertamina sendiri sampai saat ini masih belum menemukan formulasi harga yang ideal bagi semua pihak. Namun, lanjutnya, upaya tersebut terus dicari yang dibuktikan dengan sudah diundangnya produsen oleh Dewan Energi Nasional (DEN).
Togar memaparkan, apabila skema harga sudah disepakati, bukan hal yang sulit bagi produsen untuk segera menambah investasi dengan membangun pabrik pengolahan. Lebih-lebih, ujarnya, sejumlah produsen lebih suka apabila produknya dapat digunakan di dalam negeri ketimbang ekspor.
Dia mengatakan, hal ini terindikasi dari satu perusahaan besar yang sudah menanamkan dana untuk membangun pabrik pengolahan biodiesel berkapasitas 450.000 ton per tahun, sehingga membuat kapasitas total Indonesia menjadi 6,1 juta ton per tahun.
Pada tahun ini, Togar mengatakan produsen biodiesel memang mengalami masa susah karena pasar Eropa yang menyumbang lebih dari separuh penjualan hilang. Untungnya, Togar, pihaknya mendapat pengganti, yaitu China, meski volume pengirimannya belum sebanyak Eropa.
"Kalau ekspor biodiesel tahun ini memang turun, paling banter, optimisnya, 75% dari tahun lalu sebesar 1,2 juta kl. Kami tidak mau lagi ekspor ke Eropa. Ada market pengganti di China, meski masih tahap trial," katanya.
Meskipun demikian, dia yakin bahwa prospek produk ini tetap cerah. Sebab, tambahnya, produsen otomotif terkemuka seperti Chevrolet, Mistsubishi dan Toyota sudah menunjukkan ketertarikan dengan mengajak uji coba bersama.