Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian mengaku sulit untuk memastikan pergerakan impor barang modal dan bahan baku pada bulan-bulan mendatang. Hal ini terpengaruh hajatan politik lima tahunan yang membuat pelaku industri cenderung menahan diri.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan kinerja industri pada tahun ini fluktuatif terpengaruh iklim politik sebelum maupun selepas pemilihan presiden dan wakilnya. Yang pasti, akumulasi impor barang modal dan bahan modal sekarang ini masih berkisar 60% dari kebutuhan di dalam negeri.
“Naik turun impor barang modal ini semua fenomena kuartalan atau bulanan karena semua fluktuatif di tahun politik,” katanya, di Jakarta, Rabu (3/9/2014).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang tujuh bulan pertama tahun ini impor barang modal dan bahan baku/penolong menyusut masing-masing 10% dan 6,2% secara year-on-year. Berdasarkan persentase itu impor bernilai US$17 miliar untuk barang modal, sedangkan bahan baku US$80 miliar.
Kemenperin mengaku sulit memproyeksikan nilai impor barang modal dan bahan baku sepanjang tahun ini. Hal ini bukan disebabkan Tahun Kuda 2014 sebagai tahun krisis melainkan periode yang penuh ketidakpastian terutama bagi dunia usaha.
“Tapi yang pasti kecenderungan kami untuk menurunkan impor barang modal itu. Saya juga gembira bank sudah memberi sinyal positif untuk dukung bantuan modal bagi investasi,” ucap Hidayat.