Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap nilai impor mencapai US$19,33 miliar pada Juni 2025, naik 4,28% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari sebelumnya US$18,54 miliar.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan peningkatan nilai impor secara tahunan itu utamanya didorong oleh peningkatan nilai impor nonmigas pada Juni 2025.
Pudji merincikan, nilai impor migas turun 32,07% yoy dari US$3,27 miliar pada Juni 2024 menjadi US$2,22 miliar pada Juni 2025. Sementara itu, nilai impor nonmigas naik 12,07% yoy menjadi US$17,11 miliar pada Juni 2025 dari periode yang sama tahun lalu senilai US$15,27 miliar.
“Peningkatan nilai impor secara tahunan didorong oleh kenaikan impor nonmigas dengan andil kenaikan sebesar 9,94%,” kata Pudji dalam Rilis BPS, Jumat (1/8/2025).
Data BPS menunjukkan, telah terjadi peningkatan impor untuk golongan penggunaan barang konsumsi dan barang modal secara tahunan pada Juni 2025.
“Di sini terlihat bahwa [impor] barang modal sebagai pendorong utama peningkatan impor mengalami peningkatan sebesar 37,89% [yoy] dengan andil peningkatan sebesar 6,20%,” ungkapnya.
Baca Juga
Secara terperinci, nilai impor barang modal melonjak 37,89% yoy menjadi US$4,18 miliar pada Juni 2025. Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, nilainya hanya mencapai US$3,03 miliar.
Kemudian, nilai impor barang konsumsi naik sebesar 1,18% yoy dari US$1,78 miliar pada Juni 2024 menjadi US$1,8 miliar pada Juni 2025. Di sisi lain, nilai impor bahan baku/penolong turun 2,74% yoy menjadi US$13,35 miliar pada Juni 2025 dari periode yang sama tahun lalu pernah mencapai US$13,73 miliar.
Secara keseluruhan, sepanjang Januari—Juni 2025, total nilai impor mencapai US$115,94 miliar. Nilainya naik 5,25% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu senilai US$110,15 miliar.
Dari sana, nilai impor migas mencapai US$15,86 miliar atau turun 11,91% dari periode yang sama tahun lalu mencapai US$18,01 miliar.
Sementara itu, nilai impor nonmigas naik 8,6% dari US$92,14 miliar pada Januari—Juni 2024 menjadi US$100,07 miliar sepanjang enam bulan pertama di tahun ini.
Secara kumulatif pula, Pudji menjelaskan bahwa peningkatan nilai impor terjadi pada bahan baku penolong dan barang modal.
“Sebagai penyumbang utama peningkatan impor, nilai impor barang modal mencapai US$23 miliar atau naik 20,90% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan memberikan andil peningkatan 3,61%,” sambungnya.
Dia merincikan bahwa impor barang modal dengan kenaikan cukup besar adalah mesin atau peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84), mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya (HS 85), serta kendaraan dan bagiannya (HS 87).
Berikutnya, impor bahan baku penolong naik 2,56% dengan kenaikan cukup besar pada logam mulia dan perhiasan atau permata (HS 71). Kemudian, ada kakao dan olahannya (HS 18), dan berbagai produk kimia (HS 38).
Lebih lanjut, menurut negara dan kawasan tujuan asal impor, BPS mengungkap peningkatan nilai impor terjadi dengan China, Jepang, dan Amerika Serikat (AS) sepanjang Januari—Juni 2025. Sedangkan impor dari negara Asean dan Uni Eropa mengalami penurunan pada periode yang sama.