Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia Chris Hardijaya mengatakan rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada November mendatang berpotensi mendongkrak biaya produksi hingga 7%.
"Kalau naik Rp3.000 lagi, biaya produksi bisa naik 7% sehingga harga jualnya bisa naik lagi, bisa sampai 15%," kata Chris di Jakarta, Kamis (23/10/2014).
Dia menjelaskan kenaikan BBM dan elpiji sepanjang 2014 telah mendorong biaya produksi hingga 4%. Hal itu menyebabkan harga jual produk juga naik 10%-15%.
Meski demikian, kenaikan BBM sebenarnya tidak berdampak langsung pada industri roti dan kue. Namun, kenaikan itu akan langsung terasa pada industri bahan baku yang menggunakan BBM dalam operasionalnya.
Chris menambahkan kenaikan harga elpiji 12 kilogram juga berpengaruh pada biaya produksi. Terlebih, pengusaha roti yang 90 persennya usaha mikro, kecil dan menengah juga masih berbasis mesin tradisional.
"Industri kecil itu biasanya menggunakan oven dengan tiga tabung gas 12 kg. Kalau mengganti dengan teknologi yang lebih bagus, tentu bisa mengurangi penggunaan elpiji yang harganya mahal," katanya.
Selain faktor kenaikan harga BBM, tingginya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang tinggi juga ikut mempengaruhi biaya produksi.
"Tapi kembali lagi terkendala pembiayaan. Pengusaha roti juga mau mengubah teknologi, tapi bingung pembiayaan dari mana. DI sinilah kami harap bantuan pemerintah," katanya.
Sebelumnya, beredar wacana bahwa pemerintahan baru segera menyesuaikan harga BBM bersubsidi Rp3.000 per liter pada November 2014, agar tersedia ruang fiskal memadai dan kuota tidak melebihi 46 juta kiloliter.