Bisnis.com, JAKARTA - Kesadaran untuk mengontrol pemanfaatan energi dalam gedung sangat dibutuhkan seiring dengan kondisi ancaman krisis energi yang ada saat ini.
Menurut Ferry Kurniawan, Marketing Manager Solution & Strategi EcoBuilding Schneider Indonesia, kesadaran pengembang untuk menerapkab building management sebagai upaya melakukan efisiensi energi terus memperlihatkan pertumbuhan.
“Terlebih lagi tarif listrik terus mengalami kenaikan setiap waktu. Akhirnya mereka merasakan dampak langsung bagaimana biaya untuk energi sangatlah tinggi,” katanya di sela diskusi Smart Building Smart Saving, Kamis (6/11/2014).
Beban tersebut dipastikan juga akan kembali naik dengan rencana penaikan bahan bakar minyak yang akan direalisasikan dalam waktu dekat. Berbagai kondisi yang ada, sambung dia, membuat kesadaran dari pelaku industri semakin memperhatikan penghematan pemakaian energi di dalam bangunan.
Salah satu produk dari Schneider, Smart Building Solution, dikembangkan untuk bisa membantu masyarakat dalam meminimalisasi pemakaian energi di dalam gedung. Dia mengklaim penghematan bisa dilakukan hingga 30% dari pemakaian normal.
Selain di gedung-gedung tinggi, produk ini juga umum dimanfaatkan pada proyek ritel, rumah sakit, bangunan komersial, apartemen, juga superblok.
Dengan penerapan teknologi tersebut, besaran pemakaian energi dapat dihitung dengan pasti. Keberadaan data itu dapat membantu perusahaan untuk mengetahui lebih lanjut langkah yang bisa diambil agar penghematan bisa lebih maksimal.
“Kalau di Indonesia penerapan seperti ini masih complicated bila dibanding negara lain. Kalau negara lain kan adaptasinya cepat dan ada insentif juga. Kalau di kita belum. Tapi kami harap keberadaan Peraturan Gubernur DKI Jakarta tentang Bangunan Hijau bisa menjadi landasan awal,” ungkapnya.