Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Kaca Lembaran Hanya Mampu Tumbuh Hingga 6%

Ketua III Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan mengatakan industri kaca lembaran bergantung pada pertumbuhan industri otomotif dan properti. Pihaknya mengkhawatirkan sektor otomotif yang berkontribusi 25% dari total penjualan tidak memberikan pertumbuhan kinerja yang signifikan.
ilustrasi/
ilustrasi/

Bisnis.com, JAKARTA—Ketua III Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan mengatakan industri kaca lembaran bergantung pada pertumbuhan industri otomotif dan properti. Pihaknya mengkhawatirkan sektor otomotif yang berkontribusi 25% dari total penjualan tidak memberikan pertumbuhan kinerja yang signifikan.

Sementara dengan adanya pertumbuhan sektor industri, baik perumahan maupun gedung komersil menyerap penjualan kaca lembaran sebesar 75%.

"Kami mengharapkan adanya pertumbuhan dari sektor properti, seiring bergulirnya dana hasil realokasi subsidi BBM. Saat ini kami terkendala dengan mahalnya harga energi," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (11/12).

Menurutnya, industri kaca lembaran memerlukan investasi baru setelah tingkat utilitas produksi sudah berkisar 85%-90%. Beberapa calon investor kaca lembaran memilih wait and see seiring dengan demo buruh dan ketersediaan infrastruktur yang belum memberikan atmosfer industri yang baik.

Saat ini kapasitas produksi industri kaca lembaran nasional mencapai 1,45 juta ton per tahun. Dirinya mengatakan kapasitas produksi industri kaca lembaran tidak akan bertambah signifikan jika hanya mengandalkan penambahan mesin produksi, harus ada pabrik baru untuk mendongkrak produksi.

Realisasi volume produksi 2014 yang ditargetkan 1,2 juta ton belum dapat dipastikan seiring dengan kinerja semester I/2014 yang hanya terealisasi sebesar 47,5%. Sementara realisasi kinerja tahun lalu industri ini sebesar 1,15 juta ton, dengan serapan pasar lokal sebesar 65% dan ekspor 35% untuk wilayah Asia dan Timur Tengah.

"Realisasi tahun ini kami belum bisa pastikan berapa jumlahnya, karena data baru terkumpul minggu ketiga [Desember]," ujarnya. (Bisnis.com)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bisnis.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper