Bisnis.com, SEMARANG - Produksi kopi Jawa Tengah pada 2015 diperkirakan turun tipis menyusul tingginya hasil panen komoditas pada tahun sebelumnya.
Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Tengah Moelyono Soesilo mengatakan produktivitas komoditas kopi tidak selalu sama setiap tahun. Dia menuturkan umumnya hasil panen dalam satu tahun dipengaruhi oleh tingkat produksi pada tahun sebelumnya.
Jika hasil panen cukup signifikan pada 2014, jelasnya, maka produksi 2015 akan cenderung sama atau bahkan mengalami penurunan.
“Panen kopi setiap tahunnya berbeda, jika satu tahun tinggi, tahun berikutnya akan cenderung turun. Semacam ada jeda atau istirahat,” katanya kepada Bisnis, Rabu (21/1/2015).
Moelyono menuturkan total produksi kopi di Jateng pada 2014 tercatat cukup tinggi, yakni mencapai kisaran 21.000-22.000 ton. Pencapaian tersebut, ungkapnya, didukung kondisi cuaca yang memungkinkan hujan lebih awal turun di wilayah Jateng pada musim kemarau.
Hal itu mendorong proses pembungaan tanaman kopi terjadi dengan kondusif.
“Hujan pada waktu musim kemarau jadi penentuan. Daerah lain lebih lambat sehingga problemnya pada pembungaan awal,” ujarnya.
Kondisi berbeda, ungkapnya, pada produktivitas tanaman kopi akan terjadi di wilayah Jateng pada tahun ini meskipun cuaca akan lebih kondusif. Hasil panen pada 2015 diproyeksikan cenderung mengalami penurunan tipis.
Namun, Moelyono memperkirakan penurunan jumlah panen kopi 2015 tidak akan melebihi 10%. “Bisa sama atau cenderung lebih kecil sedikit. Penurunan maksimal 10%,” katanya.
Moelyono menuturkan peningkatan produksi dengan perluasan wilayah perkebunan kopi di Jateng sulit terealisasi. Dia menuturkan upaya tersebut dihadapkan pada upaya perluasan lahan sektor industri, properti dan pengembangan infrastruktur.
Kendati begitu, menuturkan penurunan tersebut tidak akan berpengaruh signifikan pada total produksi kopi nasional. “Jateng hanya bersumbangsih sekitar 3,5% dari produksi kopi Indonesia.”
Kepala Dinas Perkebunan Jawa Tengah Tegoeh Wynarno Haroeno juga memperkirakan produksi kopi di wilayahnya akan mengalami penurunan hingga 2016. Menurutnya, sesuai dengan siklus lima tahunan, panen raya tanaman tersebut terjadi pada 2014, dengan produksi mencapai 21.000 ton atau sekitar 800-1.000 kg/hektar.
“Komoditas kopi mengalami siklus lima tahunan. Dengan hujan yang turun lebih awal pada musim kemarau, panen paling bagus pada 2014,” ungkapnya.
Dengan begitu, Tegoeh memperkirakan produksi kopi pada tahun ini akan sedikit menurun di kisaran 20.000 ton. Jumlah tersebut, lanjutnya, berpotensi turun secara signifikan pada 2016. “Tapi, tidak akan menurun hingga 10%.”
Untuk menghadapi itu, dia menuturkan pihaknya akan terus melakukan ekstensifikasi lahan yang ditargetkan di kisaran 500-1.000 hektare/tahun. Adapun, dia memperkirakan peningkatan produksi akan kembali terjadi pada tiga tahun berikutnya dengan puncak panen raya tanaman kopi diperkirakan pada 2019.