Bisnis.com, DAVOS - Pemerintah akan mengkaji kembali rencana bisnis hulu minyak dan gas PT Pertamina (Persero) sesuai dengan perkembangan terkini iklim investasi di sektor itu yang melemah, sejalan dengan penurunan harga minyak mentah dunia.
Menko Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan saat ini iklim investasi migas dunia telah mengalami penurunan signifikan akibat anjloknya harga minyak mentah. Karena itu, pemerintah juga merasa perlu melakukan review atas bisnis up-stream Pertamina agar terhindar dari risiko kerugian.
"Rencana Pertamina itu menggunakan asumsi lama dan perlu dipertanyakan lagi. Setelah bertemu korporasi migas di sini, saya menilai rencana bisnis Pertamina perlu diubah," katanya di sela-sela diskusi WEF, Kamis (22/1) waktu setempat.
Menurut Sofyan, dalam diskusi WEF dia bertemu dengan beberapa korporasi migas global, seperti Chevron, BP, dan Saudi Aramco yang berencana memangkas rencana proyek migas bernilai besar. Pembatalan sejumlah proyek besar itu disebabkan kondisi terkini iklim investasi migas yang kurang menguntungkan akibat anjloknya harga migas.
"Setelah dihitung penerimaan dan pemasukan, banyak proyek migas besar perusahaan tersebut terpaksa dibatalkan karena dianggap berbiaya terlalu tinggi."
Dari pertemuan WEF, lanjut Sofyan, dirinya mendapat lesson learned bahwa korporasi migas dunia saat ini tengah menahan ekspansi.
Atas dasar itu, dia berpendapat hal serupa sangat mungkin terjadi dengan sebagian proyek besar milik Pertamina yang perlu di-review karena sebagian rencana ekspansi usaha hulu migas di dalam dan luar negeri masih menunggunakan asumsi lama harga dan permintaan migas.
"Termasuk dengan rencana pembelian ladang minyak di luar negeri karena perencanaan yang salah bisa menjadi masalah besar buat Pertamina di kemudian hari," jelasnya.