Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Investasi di Industri Kimia US$50 Miliar, Pupuk dan Petrokimia Jadi Andalan

Industri kimia diperkirakan dapat kucuran investasi mencapai US$50 miliar sepanjang tahun ini.
Aktivitas di sebuah pabrik petrokimia / Antara
Aktivitas di sebuah pabrik petrokimia / Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Industri kimia diperkirakan dapat kucuran investasi mencapai US$50 miliar sepanjang tahun ini.

Direktur Eksekutif Federasi Industri Kimia Indonesia (FIKI) Suhat Miyarso mengatakan potensi penanaman modal itu sebagian besar ada di sektor hulu. Nilai miliaran dolar tersebut akumulasi dari investasi asing maupun domestik.

"Industri kimia mungkin sekurang-kurangnya harus dapat investasi US$50 miliar supaya bisa tumbuh di atas 6%, ini pertumbuhan produksi," katanya, Kamis (29/1/2015).

Investasi baru yang akan masuk di antaranya ke petrokimia, pupuk, dan baja. Bakal ada penambahan kapasitas produksi pupuk sekitar 2 juta ton sampai 2016, sedangkan baja 3 juta ton menjadi total 9 juta ton per tahun.

Penanaman modal baru mutlak dibutuhkan industri kimia agar dapat berproduksi lebih efisien. Apalagi secara keseluruhan sektor manufaktur ditargetkan harus selalu tumbuh di atas ekonomi. Industri kimia sendiri sampai penghujung tahun dipatok tumbuh setidaknya 6,4%.

"Supaya kita tidak mati maka kita harus tumbuh, kalau stagnan kita akan kalah dari negara lain. Agar efisien kapasitas produksi harus naik," tutur Suhat kepada wartawan.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan terdapat rencana investasi di bidang petrokimia berupa perluasan usaha senilai U$240 juta. Selain itu juga hadir minat investasi pabrik baru nafta sekitar US$340 juta.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Ansari Bukhari mengatakan pertimbangan dasar investor sebelum menyuntikan modal adalah potensi pasar domestik. Penyerapan di dalam negeri mesti lebih besar dibandingkan ekspor.

"Latar belakang investasi adalah pasar dalam negeri, setinggi apa impornya. Karena, 60% produksi akan dipasarkan di dalam negeri dulu baru berpikir untuk ekspor," katanya saat dihubungi Bisnis.

Ansari mengakui pentingnya investasi untuk mensubtitusi impor khususnya bahan baku dan penolong, serta barang modal. Manakala ini bisa dipasok dari dalam negeri akan menghasilkan nilai tambah lebih besar sekaligus memperdalam struktur industri.

"[Yang memberatkan adalah] apabila bahan baku harus impor tetapi pasarnya mayoritas di dalam negeri. Defisit perdagangan produk industri defisit, khususnya dalam dua tahun terakhir," tuturnya.

Untuk industri petrokimia, investor mengharapkan insentif tax holiday dan tax allowance. Sektor ini berkarakter investasi berbiaya besar dan butuh waktu pengembangan lama, insentif fiskal jjadi penambah daya tarik bagi investor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Setyardi Widodo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper