Bisnis.com, JAKARTA--PT Pertamina (Persero) diminta mengkaji ulang keekonomian Blok Mahakam di Kalimantan Timur.
Naryanto Wagimin, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, mengatakan pemerintah telah memberikan masukan kepada Pertamina untuk mengkaji ulang keekonomian pengelolaan wilayah kerja Mahakam setelah habis kontrak pada Desember 2017.
“Bukan direvisi, tapi dikaji lagi keekonomiannya,” kata Naryanto di Jakarta, Senin (16/3/2015).
Pertamina diminta untuk mengajukan besaran dana investasi berdasarkan variasi asumsi harga minyak dunia dari US$40 per barel hingga US$100 per barel.
Pengkajian berdasarkan asumsi tersebut telah diserahkan kepada Kementerian ESDM pada Senin.
Dana investasi yang diusulkan dalam proposal awal pengelolaan sebesar US$25,2 miliar untuk durasi 20 tahun berdasarkan asumsi harga minyak dunia sebesar US$100 per barel.
Besaran biaya investasi itu juga mengacu pada besaran dana investasi yang dikeluarkan operator saat ini, Total E & P Indonesie.
Selain keekonomian, isu krusial dalam pengambilalihan Blok Mahakam terletak pada persoalan masa transisi.
Menurut Naryanto, Undang-undang tidak mengatur masa transisi baik sebelum maupun setelah kontrak berakhir.
“Undang-undangnya enggak ada sih, kalau kita menghormati kontrak ya enggak mungkin [ada masa transisi],” jelasnya.
Kendati tidak diatur regulasi, menurutnya, masa transisi mungkin dilakukan selama pemerintah yang meminta.
Nantinya, masa transisi akan dibahas oleh tim khusus beranggotakan Kementerian ESDM, Kementerian Koordinator Perekonomian, dan Pertamina.
Lebih jauh, dia memastikan kontrak PSC Blok Mahakam antara Pertamina dan Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan ditandatangani tahun ini.
Setelah pembahasan di lingkup Kementerian ESMD rampung maka menteri akan melapor kepada presiden.
Sementara itu, Pertamina sedang mengevaluasi mekanisme transisi pengelolaan Blok Mahakam bersama operator saat ini, Total E & P Indonesie.
Tujuannya, proses transisi bisa dilakukan secepatnya.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan pihaknya menginginkan agar proses transisi pengelolaan Blok Mahakam di Kalimantan Timur akan dilakukan secepatnya, sebelum 2017.
Masa transisi tidak perlu menunggu keputusan resmi pemerintah menyerahkan Blok Mahakam kepada Pertamina.
Pihaknya juga akan mempelajari skema farm in atau chip in untuk memuluskan proses transisi tersebut.
“Kami sedang evaluasi mekanisme terbaik agar bisa secepatnya proses transisi berjalan. Mengenai farm in atau chip in akan kami pelajari dulu,” tegasnya kepada Bisnis.
Skema farm in berarti Pertamina akan masuk sebagai bagian operator melalui akuisisi sebagian saham Total E & P Indonesie di Blok Mahakam.
Selain itu, Pertamina harus mengelontorkan dana invetasi di wilayah kerja tersebut.
Di sisi lain, Kepala Unit Pengendalian Kinerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Widhyawan Prawiraatmadja menyatakan sebenarnya pembahasan masa transisi telah dibahas sejak lama.
“Dulu Pertamina sudah mau masuk pada 2008/2009,” ujarnya.
Jika Pertamina masuk sejak 2008/2009, tambahnya, masa transisi akan sangat ideal sehingga risiko penurunan produksi bisa ditekan.
Akhirnya, Pertamina akan siap mengambil alih Blok Mahakam pada Januari 2018, setelah kontrak habis pada Desember 2017.
Dia menjelaskan rencana masa transisi yang akan dimulai pada tahun ini sebenarnya telah terlambat.
Kendati terlambat, masa transisi tetap harus dilakukan saat ini agar paling tidak Pertamina memiliki pengalaman mengelola Blok Mahakam selama 3 tahun sebelum benar-benar menjadi operator.
“Kalau diputuskan sekarang punya waktu transisi tiga tahun kurang dikit,” jelasnya.
Masa transisi diperlukan agar produksi Blok Mahakam tidak turun.
Dia menekankan Blok Mahakam memiliki produksi migas yang besar sehingga pemerintah harus hati-hati dalam memutuskan.
Produksi minyak mentah Blok Mahakam saat ini mencapai 250.000 barel setara minyak per hari (boepd).
Produksi tersebut sekitar seperempat dari produksi nasional.
Selain menjadi penopang produksi migas nasional, sejumlah konsumen lokal juga bergantung pada produksi Blok Mahakam, seperti Nusantara Regas, Pupuk Kaltim, dan sejumlah industri lain di Kaltim.
“Karena itu enggak boleh main-main,” tuturnya.