Bisnis.com, JAKARTA -- Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kementerian Perdagangan Ari Satria mengatakan, produk ekspor furnitur yang menggunakan SVLK cenderung lebih disukai di pasar Uni Eropa.
“Dengan sertifikasi itu produk furnitur kita lebih bisa bersaing di pasar Eropa. Karena mereka lebih peduli dengan isu-isu kesehatan, keselamatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan hidup (K3L),” kata Ari kepada Bisnis, Rabu (18/3).
Menurutnya, penerapan sistem seperti SVLK justru harus ditingkatkan, khususnya dalam hal kredibilitas sistem yang digunakan. Hal tersebut harus dilakukan untuk mengantisipasi ketidakpercayaan konsumen asing terhadap sistem yang sudah ada.
Berdasarkan data Direktorat Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, tren ekspor furnitur selama periode 2010-2014 mengalami penurunan sebesar 1,46%. Sementara impor produk furnitur dunia mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,89% pada periode yang sama.
Indonesia menempati posisi 19 sebagai eksportir furnitur dunia dengan pangsa pasar sebesar 1,12%. Sementara negara-negara yang menyerap produk furnitur paling besar ditempati oleh Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Perancis, dan Kanada.