Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Berkelit dari Tarif Trump, Industri Furnitur Genjot Ekspansi ke Asia Selatan hingga Amerika Latin

Kebijakan tarif Trump yang kerap berubah berimbas pada langkah ekspansi industri furnitur.
Pekerja merapikan kursi dan meja di gerai Abdullah Furniture, Jakarta, Jumat (5/1/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha.
Pekerja merapikan kursi dan meja di gerai Abdullah Furniture, Jakarta, Jumat (5/1/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha.

Bisnis.com, JAKARTA — Industri furnitur mengambil langkah ekspansi ke Asia Selatan hingga Amerika Latin untuk berkelit dari kebijakan tarif Trump yang masih menimbulkan ketidakpastian.

Sebelumnya, pemerintah menyebut produk mebel terbebas dari kebijakan tarif resiprokal atau bea masuk tambahan ke Amerika Serikat (AS) sebesar 32% karena komoditas tersebut dinilai tak berisiko dan masih saling menguntungkan dalam perdagangan kedua negara.

Namun, Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur mengatakan ancaman tarif resiprokal 32% terhadap produk lokal terap harus diantisipasi oleh industri furnitur karena berpotensi menggerus lebih dari 53% pangsa ekspor RI. 

Adapun, ekspor mebel ke AS tercatat mencapai US$1,03 miliar pada 2024 atau 9,73% dari US$943,3 juta. Oleh karena itu, dia mengambil langkah ekspansi dengan cara merambah pasar baru.

“Kami menjawab tantangan ini dengan strategi konkret membuka akses ke pasar Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika Timur, Eropa Timur, dan Amerika Latin,” kata Sobur dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (24/5/2025). 

Menurut dia, di beberapa negara seperti Kazakhstan, Kenya, dan Uni Emirat Arab, pelaku usaha telah memulai misi dagang dan pencocokan pembeli. Himki juga akan kembali menggelar Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2026 sebagai simbol transformasi ekspor Indonesia sekaligus kekuatan desain dengan prinsip keberlanjutan

“Kami juga memperkuat pendekatan digital. Bersama mitra strategis, HIMKI tengah menjajaki integrasi produk UMKM kita ke platform e-commerce B2B global seperti Alibaba, Faire, dan Archiproducts, agar furnitur Indonesia bisa menjangkau dunia dari sentra-sentra produksi kecil sekalipun,” jelasnya. 

Di sisi lain, dia menyoroti ekosistem yang mendukung perkembangan industri. Untuk itu, dia mengajukan rekomendasi deregulasi terhadap Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dan dokumen verifikasi legalitas kayu, V-Legal bagi industri hilir. 

“Kami tidak menolak keberlanjutan tetapi kami menolak beban administratif yang tidak proporsional. Industri mebel dan kerajinan adalah padat karya – penopang ekonomi rakyat, bukan perusak hutan,” imbuhnya. 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper