Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi pengembang yang terlibat dalam program sejuta rumah menyambut baik rencana penghapusan BPHTB.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Eddy Ganefo menyampaikan penghapusan BPHTB yang dikenakan pada pembeli, dalam hal ini masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) merupakan suatu langkah kemajuan.
“Dalam rapat pembentukkan Tim Monitoring dan Pengendalian Program Sejuta Rumah pada Jumat (8/5/2015) lalu, salah satu pembahasan ialah rencana pengahapusan BPHTB.
Peringanan PPh, kemudian penghapusan BPHTB merupakan suatu langkah maju mendorong program sejuta rumah,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (11/5/2015).
APERSI pun menyambut baik rencana pembuatan website yang berisi data hunian yang dibangun dalam program sejuta rumah. Adanya situs tersebut, lanjut Eddy, membuat kinerja developer lebih terkontrol.
“Fungsi situs lebih kepada pengawasan kegiatan pengembang dalam program sejuta rumah. Karena kalau fungsi promosi yang ditekankan, harga juga dicantumkan, tetapi kan tidak,” tuturnya.
Asosiasi masih menggodok wilayah mana saja yang akan diajukan untuk pemancangan tiang perdana program sejuta rumah tahap selanjutnya. Pasalnya, dalam satu kota/ kabupaten hunian yang dibangun minimal berjumlah 5.000 unit.
Tahun ini, pihaknya menargetkan pembangunan 87.000 unit rumah untuk MBR yang tersebar di seluruh provinsi di tanah air.
Sementara itu, Ketua Umum Realestate Indonesia (REI) Eddy Hussy berpendapat rencana penghapusan BPHTB akan membantu MBR dalam mendapatkan rumah. Namun, peniadaan pajak ini perlu dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah sebagai pemegang kepentingan.
“Pajak dari BPHTB merupakan ranah Pemda, sehingga perlu adanya koordinasi dengan pemerintah setempat,” terangnya saat dihubungi Bisnis.com.
Mengenai rencana groundbreaking program sejuta rumah lanjutan, lanjut Eddy, Dewan Pengurus Daerah (DPD) REI aktif melakukan pembangunan di seluruh provinsi. Kalaupun ada prosesi, sifatnya hanya seremonial.
“Kami tetap aktif menyediakan suplai hunian untuk MBR di setiap daerah. Masalah prosesi groundbreaking kan hanya seremonial, yang penting programnya (sejuta rumah) dapat terealisasi,” pungkasnya.
Setiap tahun, REI membangun sekitar 200.000 unit rumah sederhana. Sebelumnya, pada 2015 asosiasi menargetkan pihaknya menyediakan 217.725 rumah sederhana tapak (RST) dan 30.000 rusunami. Namun, menurut Eddy angka ini sulit tercapai karena pemancangan tiang perdana baru dilakukan pada akhir April lalu.