Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak 13 kontrak kerja sama (KKS) minyak dan gas bumi telah diteken. Nilai investasi diperkirakan mencapai US$166,32 juta dengan bonus tanda tangan bagi negara senilai US$14,5 juta.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan sebanyak 12 KKS merupakan WK baru dengan rin cian delapan konvensional (lihat tabel) dan empat non-konvensional. Sisanya, satu WK merupakan perpanjangan yakni Blok Pase.
Dari penandatanganan tersebut, investasi mencapai US$166,32 juta. Rinciannya, G&G studi yang mencakup pemrosesan data seismik 2D dan 3D sebesar US$10,66 juta. Kemudian, kegiatan survei seismik 2D sepanjang 3.950 kilometer se nilai US$19,06 juta.
Investasi lainnya berupa akuisisi dan pemrosesan seismik 3D sepanjang 200 kilometer senilai US$8,5 juta. Terakhir, pengeboran 10 sumur eksplorasi senilai US$137,1 juta.
"Di luar itu, negara mendapatkan bonus tanda tangani se nilai US$14,5 juta," katanya, Jumat (22/5/2015).
WK migas konvensional yang ditandatangani terdiri dari enam WK migas konvensional hasil penawaran langsung tahap I 2014 (2 Juni hingga 16 Juli 2014). Sisanya, dua WK lain merupakan hasil lelang reguler tahap I 2014 (2 Juni hingga 6 Oktober 2014) yaitu WK North Madura II dan Aru Trough I.
Selain WK konvensional, pemerintah juga melakukan empat penandatanganan Kontrak Kerja Sama blok non-konvensional. Rinciannya terdiri dari satu WK non-konvension hasil Penawaran Langsung pada 2013 yaitu WK non-konvensional Kisaran dan tiga WK non-konvensional hasil Pena waran Langsung 2014 yaitu WK Sakakemang, Selat Panjang, dan MNK Palmerah.
Berkaitan dengan keterlibatan PT Pertamina (Persero) di beberapa blok—Abar, Anggursi, Sakakemang—Direktur Hulu Per tamina Syamsu Alam menjelaskan anak usaha Pertamina Hulu Energi bertindak selaku operator dengan participating interest 100% pada dua blok migas, yaitu Blok Abar dan Blok Anggursi yang keduanya merupakan wilayah kerja migas offshore tersebut.
Selain itu, BUMN ini juga terlibat di MNK Sakakemang.
Menurutnya, sumber daya migas Indonesia di masa mendatang akan banyak bergantung pada wilayah kerja lepas pantai (offshore) yang lebih sulit dan menantang.