Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KRISIS YUNANI: Ini Pengaruhnya Terhadap Indonesia Versi Bank Sentral

Bank Indonesia menyatakan kondisi perekenonomian Indonesia tetap terjaga dan stabil walaupun kondisi perekenomian di Yunani mengalami tekanan.
Demonstran membawa bendera Yunani terkait dengan memburuknya ekonomi negara tersebut./nepszava.com
Demonstran membawa bendera Yunani terkait dengan memburuknya ekonomi negara tersebut./nepszava.com

Bisnis.com, JAkARTA - Bank Indonesia menyatakan kondisi perekenonomian Indonesia tetap terjaga dan stabil walaupun kondisi perekenomian di Yunani mengalami tekanan.

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo mengatakan belum ada titik temu mengenai penyelesaian utang Yunani dengan Uni Eropa ini sehingga perlu diwaspadai.

Menurutnya, kalau Yunani mau menerima dana dari Uni Eropa bisa tersedia dana sampai 7,2 miliar euro tersebut dapat memenuhi kewajiban utang Yunani yang jatuh tempo pada Juni.

"Namun, di akhir minggu kemarin ada satu ketidaksepahaman. Jadi, hari ini masih akan ada pembicaraan tentang euro menyikapi itu," ujarnya di Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta yang terletak di Jalan IR H Juanda Nomor 28, Jakarta Pusat, Senin (22/6/2015).

Terlebih lagi dalam tiga hari berturut-turut, dana keluar dari bank di Yunani mencapai US$2 miliar. Hal tersebut bisa berdampak terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.

"Dalam kondisi global yang tidak menguntungkan ini ekspor sedang bersaing, Yunani tidak setuju dengan proposal restrukturisasi utang, di Yunani terjadi bank rush US$2 miliar ditarik dalam 3 hari. Kalau ini tidak dilakukan kesepakatan akan berdampak ke perekonomian dunia bahkan Indonesia. Ini perlu diwaspadai," tutur Agus.

Dia menerangkan sejak terjadi krisis ekonomi di 2008, dunia semakin mudah tersentuh krisis. Pergerakan ekonomi Amerika Serikat (AS) sangat berpengaruh terhadap negara-negara lain di dunia tak terkecuali Indonesia.

"Krisis di dunia semakin sering terjadi, sebelumnya setiap 10 tahun sekali, sejak 2008, krisis global terus berjalan, mulai dari AS kemudian menjadi krisis di Irlandia, Eropa, sampai sekarang, itu menyebabkan volatilitas negara-negara berkembang. Jadi perlu mewaspadai terjadi penguatan mata uang dolar AS, sehingga mempengaruhi mata uang yang lain," katanya.

Kendati demikian, dia menilai Indonesia telah dapat mengantisipasi adanya gejolak ekonomi dunia sehingga nilai tukar rupiah dapat terjaga.

Agus menambahkan sampai dengan pekan lalu, nilai tukar rupiah terdepresiasi sekitar 7,5% year to date (ytd).

Besaran depresiasi tersebut, lanjutnya, lebih rendah bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, seperti Turki, Brazil, dan Rusia yang mata uangnya juga ikut tertekan.

"Kalau dibandingkan dengan Brasil dengan 16%, atau Turki yang 15%, dan Rusia juga yang tinggi. Kondisi Indonesia kurang lebih seperti kondisi Malaysia," ucapnya.

Agus menegaskan perekonomian Indonesia dapat keadaan yang baik dan stabil serta menyakini Indonesia dapat menghadapi gejolak ekonomi dunia.

"Jadi secara umum kami yakin ini akan bisa dilewati dan secara umum kondisi ekonomi Indonesia dalam keadaan yang masih dapat dikatakan baik," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper