Bisnis.com, LONDON--HSBC Holdings Plc terus mengawasi perkembangan krisis Yunani yang kian memanas mengingat asetnya mencapai US$6 miliar di negara tersebut dan menjadi yang terbesar di antara bank Eropa lainnya.
Dalam sebuah pernyataan resminya, manajemen HSBC mengatakan pihaknya tengah mempersiapkan diri untuk menghadapi kebijakan yang diambil Yunani.
"Kami mengawasi dengan seksama dan akan menginformasikan perkembangan terbaru para klien melalui situs kami," demikian tulis pihak HSBC, Senin (29/6/2015).
HSBC sebenarnya telah memangkas asetnya di Yunani sejak akhir 2013 dari posisi saat itu yang mencapai US$7,3 miliar. Jumlah tersebut mewakili sekitar 3,7% total aset bank terbesar di Benua Biru itu. Dari keseluruhan aset di Yunani, sebagian besar berupa pinjaman untuk perbankan dan industri pengiriman atau kargo.
Sementara itu, Royal Bank of Scotland (RBS) tercatat memiliki US$376 juta aset di Yunani. Adapun, otoritas Yunani memutuskan untuk menghentikan operasional bank dan memberlakukan kontrol modal.
HSBC adalah satu-satunya bank yang bisa terpapar secara materiil karena perusahaan punya 12 cabang ritel dan jaringan komersial serta terhubung dengan perusahaan pengiriman di Yunani, kata analis dari Bernstein Chirantan Barua.
Di tambah lagi, status keanggotaan Yunani di Uni Eropa (UE) yang kini dipertanyakan memperbesar risiko kredit macet di negara itu. Selain risiko kredit, lanjut Chirantan, perbankan akan dihantam oleh dampak lapis kedua dan ketiga jika Yunani benar-benar keluar dari UE.
Dalam sebuah laporannya tengah bulan ini, Bank of America Corp mengestimasikan nilai paparan HSBC mencapai sekira US$5,5 miliar diikuti oleh Credit Agricole SA dengan US$3,2 miliar, Deutsche Bank AG sekitar US$2,3 miliar dan Barclays Plc senilai US$1,8 miliar. Secara keseluruhan, analis memprediksi aset perbankan Eropa setidaknya senilai US$45 miliar.