Bisnis.com, SURABAYA – Menjelang Hari Raya Idul Fitri permintaan produk olahan hortikultura di Jawa Timur meningkat hingga 100% lebih.
Ketua Asosiasi Pengolahan Hasil Hortikultura (Asperhorti) Jawa Timur, M. Maulud mengatakan tahun ini pengusaha makanan olahan hortikultura kebanjiran order bahkan sampai menolak pesanan karena belum dapat memenuhi permintaan.
“Lebaran tahun ini meningkatnya luar biasa baik produk hortikultura yang fresh maupun yang diolah. Lambatnya perekonomian saat ini juga tidak mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap produk olahan ini,” katanya kepada Bisnis.com, Selasa (7/7/2015).
Dia mengatakan produk olahan seperti keripik buah, kripik sayuran terong dan kacang panjang, manisan, jenang sampai sari buah-buahan banyak diminati pasar lokal seperti Jawa, Ambon hingga Papua, bahkan pasar luar negeri.
Namun, pengusaha produk olahan ini belum mampu memenuhi pasar ekspor atau hanya bisa mengekspor 10% dari total produksi. Ekspor biasanya dilakukan ke China, Hong Kong dan Denmark.
“Selama Lebaran ini permintaan kami batasi dulu dan mengutamakan pasar lokal. Apalagi bahan baku utama buah-buahan dan sayuran bersifat musiman, sehingga sulit diproduksi,” ujarnya.
Selain terkendala bahan baku, untuk memperbesar pasar ekspor, pengusaha hortikultura juga harus menyiapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi seperti sertifikasi standar internasional Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dan sertifikat sistem manajemen mutu ISO.
“Persyaratannya sangat ketat, semua dokumen harus ada, harus halal dan lainnya. Makanya untuk pasar ke Eropa belum terealisasi meskipun sudah ada permintaan,” jelas Maulud.
Dia menambahkan sektor industri olahan hortikultura ini juga belum sepenuhnya tersentuh oleh pemerintah. Selama ini masih sekadar bantuan pemberian stan pameran di luar negeri, tetapi dengan biaya akomodasi sendiri, serta belum adanya bantuan pelatihan-pelatihan terutama untuk manajemen keuangan dan produksi.
Adapun industri olahan hortikultura yang tergabung dalam asosiasi di Jatim yakni 50 industri, dan 30 industri di antaranya merupakan industri skala kecil menengah.
Industri tersebut berada di hampir seluruh Jawa Timur, yang kebanyakan di wilayah Malang, Kediri dan Surabaya.