Bisnis.com, TANGERANG - Perolehan ekspor barang nonmigas Provinsi Banten senilai US$4,76 miliar selama paruh pertama tahun ini dapat bermakna negatif jika ditelaah dari sumber bahan baku yang digunakan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Provinsi Banten Mashuri menyatakan secara umum ada lima sektor industri pengolahan nonmigas yang mendominasi perekonomian.
“Ada kimia, logam besi baja, alas kaki, kulit dan barang dari kulit, serta petekstilan,” katanya kepada Bisnis.com, Rabu (12/8/2015).
Pesatnya geliat bisnis di jenjang perantara dan hilir industri tersebut tentu dapat berkontribusi positif bagi daerah dan negara. Ini dapat menjadi pundi-pundi pendapatan melalui penjualan barang ke luar negeri.
Namun hal itu tidak sepenuhnya positif. Selain produk yang diekspor tak semua barang jadi, bahan bakunya pun terlebih dulu dibeli dari luar negeri. Dalam struktur impor Banten, baik migas maupun nonmigas, 92,8% di antaranya adalah bahan baku atau senilai US$4,99 miliar (Januari – Juni 2015).
Khusus pada juni, nilai impor bahan baku dan penolong naik sekitar 29% terhadap Mei menjadi US$953,97 juta. Berangkat dari data ini dapat dilihat seberapa tinggi ketergantungan industri terhadap suplai bahan baku dari luar negeri.
Industri kimia dan besi baja menjadi pengimpor terbanyak pada semester pertama tahun ini termasuk impor bahan baku dan penolong. Badan Pusat Statistik (BPS) Banten melansir impor bahan kimia organik US$1,4 miliar atau 33,58% dari total impor nonmigas Banten.
Sementara itu, impor logam dasar besi dan baja US$435,6 juta. Nilai ini sama dengan 10,39% kumulatif impor nonmigas di provinsi tersebut. Adapun total impor nonmigas selama Januari – Juni US$4,19 miliar. Angka ini menyusut -6,54% secara year on year.[]