Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Perlu Belajar Dari Korsel Untuk Kembangkan Wirausaha

Penerapan pasar tunggal Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 dinilai menjadi tantangan yang berat bagi tenaga kerja Indonesia yang akan berebutan lapangan kerja dengan tenaga kerja profesional asing.
Salah satu kegiatan di sentra usaha kecil dan menengah bidang kerajinan/Ilustrasi-Bisnis
Salah satu kegiatan di sentra usaha kecil dan menengah bidang kerajinan/Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Penerapan pasar tunggal Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 dinilai menjadi tantangan yang berat bagi tenaga kerja Indonesia yang akan berebutan lapangan kerja dengan tenaga kerja profesional asing.

Untuk itu pemerintah diharapkan mempercepat pencetakan wirausaha muda yang mampu menciptakan lapangan kerja dengan nilai tambah besar serta menyerap banyak tenaga kerja.

Direktur Eksekutif Core Indonesia (Center of Reform on Economics) Hendri Saparini menuturkan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan wirausaha adalah dengan memperbanyak agensi untuk mendukung start up.

“Kenapa Korea Selatan bisa sangat produktif dan menguasai pasar sekarang, karena dia punya 31 agensi untuk mendukung start up dan tiap agen ada perwakilannya. Sekarang bagaimana kita mau membangun UKM kalau yang kita miliki hanya satu Kementerian UMKM dan Koperasi yang tidak punya kaki tangan di daerah?,” kata dia di Jakarta, baru-baru ini.

Dia menjelaskan, keberadaan agensi tersebut menjadi semacam incubator yang membantu para pelaku usaha sejak mulai tahap pematangan proposal bisnis hingga pengembangan.

Agensi tersebut menjadi perpanjangan tangan pemerintah untuk mengucurkan dana bantuan permodalan sehingga para pelaku usaha tidak perlu meminjam ke perbankan yang umumnya dikenai bunga tinggi.

Tantangan lainnya, kebanyakan pengusaha muda berbisnis di bidang perdagangan online dengan cara menjual barang hasil produksi negara lain, sehingga tidak bisa menyerap angka pengangguran yang besar.

Industri yang bisa ditingkatkan, kata dia, yakni yang bergerak di bidang pertanian, manufaktur, atau pertambangan. Lagi-lagi, hal ini bisa dimaksimalkan jika pemerintah segera mngambil strategi kebijakan industri prioritas.

Menurutnya, Indonesia harus belajar dari negara-negara Asean yang sudah menerapkan prioritasnya. Misalnya, Malaysia di sektor jasa kesehatan dan pariwisata, Thailand dengan sektor pendidikan dan pariwisata, serta Singapura pada jasa keuangan, logistic, konsultan, dan pariwisata.

“Indonesia belum memiliki strategi yang jelas. Padahal kalau sudah ada prioritasnya, nantinya industrinya bisa diarahkan ke arah sektor prioritas sehingga pelaku usaha kita tidak hanya  mendapat bagian yang kecil-kecil saja,” ucapnya.

Pemerintah Indonesia membidik pertumbuhan jumlah wisatawan menjadi 2% dari total penduduk dalam lima tahun ke depan.  Jumlah pengusaha di Indonesia saat ini baru sekitar 1,65% atau jauh di bawah negara tetangga seperti Singapura yang mencapai 7%, Malaysia 5% dan Thailand 3%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper