Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri keramik menyatakan permintaan mulai meningkat pada pekan kedua September. Meski demikian, belum dapat dipastikan apakah perbaikan ini akan berlangsung hingga akhir kuartal IV/2015.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga mengatakan peningkatan ini didorong oleh realisasi beberapa proyek baik milik pemerintah maupun swasta. Selain itu, pengiriman ke distributor juga meningkat.
“Kenaikan itu mulai terasa dari sekitar 7 September sampai sekarang. Tapi untuk ke depannya, belum berani terlihat. Kami harap ini tanda positif untuk kuartal IV,” ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (14/9/2015).
Dia menjelaskan industri keramik hanya berproduksi dengan kapasitas 70% sepanjang Januari-Agustus 2015. Diperkirakan, kapasitas produksi pada tahun ini turun di kisaran 350 juta meter persegi dari utilitas mencapai 500 juta meter persegi per tahun.
Dia mengatakan meski proyek pemerintah dan swasta bergulir lancar pada kuartal terakhir tahun ini, kinerja industri keramik belum bisa pulih sepenuhnya. “Kalau akhir tahun ini ada peningkatan, paling itu menjadi 75% [dari produksi tahun lalu]. Tidak mungkin naik jauh karena pembelian di akhir tahun tidak mungkin besar dibanding tiga kuartal yang sudah lewat,” jelasnya.
Dia mengatakan pemerintah mestinya mempercepat realisasi kebijakan penurunan harga gas industri serta memberlakukannya untuk semua sektor industri. Menurut Elisa, hal ini bisa memperbaiki daya saing industri nasional, baik di pasar ekspor dan bahkan untuk mempertahankan pasar dalam negeri.
“Khususnya untuk keramik, daya saing itu yang bikin rendah karena depresiasi rupiah yang dampaknya ke kenaikan harga produksi. Kita bayar gas dalam dolar [US$], dan dibanding negara pesaing, gas kita masih mahal,” paparnya.