Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan petrokimia terintegrasi, PT Asahimas Chemical, menanamkan US$885 juta untuk membangun pembangkit listrik dan menambah kapasitas produksi pabrik industri petrokimia terintegrasi di Cilegon, Banten.
Penambahan kapasitas mencakup produk kostik soda dari 500.000 ton per tahun menjadi 700.000 ton per tahun, vinyl chloride monomer (VCM) dari 400.000 ton menjadi 800.000 per tahun, dan polyvinyl chloride (PVC) dari 300.000 ton per tahun menjadi 550.000 ton per tahun.
Takuya Shimamura, CEO sekaligus President Asahi Glass Corp, menjelaskan bahwa untuk memenuhi suplai listrik atas penambahan kapasitas tersebut, pihaknya membangun pembangkit listrik berbasis batu bara dengan kapasitas 250 megawatt. Dia memperkirakan pembangunan tersebut rampung pada akhir 2017.
“Pembangunan dimulai tahun depan. US$400 juta untuk ekspansi pabrik dan US$400 juta untuk pembangkit listrik,” ujarnya baru-baru ini.
Dia menjelaskan ekspansi tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan industri pengolahan sekaligus untuk mendukung program pembangunan di Indonesia.
“Kostik soda itu bahan baku penting untuk banyak produk seperti pulp dan kertas, detergen dan lainnya. Sementara PVC itu untuk pipa. Seperti yang kita tahu, Indonesia akan banyak pembangunan infrastruktur,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kemenperin Harjanto mengatakan bahwa pembangunan pembangkit listrik oleh perusahaan petrokimia merupakan langkah yang tepat dengan tingginya beban produksi atas listrik.
“Listrik itu 40% dari ongkos produksi. Selain itu ini juga kontribusi dalam rencana pemerintah membangun pembangkit listrik hingga 35.000 megawatt,” ujarnya.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa ketersediaan garam industri juga jadi salah satu poin penting dari kelangsungan investasi tersebut.
“Kostik soda dan PVC itu pakai garam. Memang konsumsi terbesar garam ya mereka [industri petrokimia]. Asahimas butuh sekitar 800.000 ton garam setahun,” ujarnya.
Dengan adanya peningkatan kapasitas produksi hampir dua kali lipat, menurutnya tentu akan ada peningkatan konsumsi garam yang lebih besar. Saat ini, industri kimia mencatatkan kebutuhan garam hingga 1,7 juta ton per tahun.