Agar Tak Kalah Pamor
Jika dibandingkan dengan outlet label pakaian asing yang sama mahalnya, gerai batik premium lokal relatif tidak begitu mencuri perhatian pengunjung. Hanya konsumen dari kalangan tertentu saja yang sengaja mampir untuk berbelanja pakaian batik berkelas.
Hal ini pula yang menjadi perhatian Yayasan Batik Indonesia (YBI) untuk selalu melakukan berbagai upaya dan kegiatan demi melestarikan batik sebagai warisan budaya Indonesia.
Berbagai kegiatan tersebut antara lain berupa bantuan dan pemantauan terhadap perajin batik lokal atau daerah, mengadakan lomba desain batik untuk anak muda setiap tahunnya, dan memberikan penghargaan kepada setiap insan dan lembaga yang dinilai turut aktif berkontribusi melestarikan batik.
Karya-karya kreatif anak bangsa ini, juga ditampilkan dalam gelaran Batik Fashion Week di Gandaria City Jakarta, mulai 2—4 Oktober 2015. Selain 22 perancang busana ternama, juga ada 20 fashion blogger memperkenalkan pakaian batik yang ready to wear dan fashionable .
Agar batik Indonesia tidak terus-terusan kalah pamor dibandingkan pakaian lainnya, para desainer tentunya harus pintar-pintar memilih motif, warna, dan desain sehingga tidak lagi dilekatkan dengan kesan tua. Apalagi, rata-rata orang Indonesia jarang mengenakan baju berwarna coklat, yang identik dengan warna batik.
Di sisi lain, berbagai pengelola pusat perbelanjaan juga harus putar otak dalam mengemas batik sedemikian rupa agar menarik pengunjung, terutama pada perayaan Hari Batik Nasional.
Marketing Director Senayan City Halina, misalnya, sampai menyediakan lahan khusus untuk menggelar instalasi seni batik tulis Irwan Tirta yang dipadukan dengan tile Niro Ceramic Indonesia.