Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menargetkan peningkatan kinerja ekspor bahan bangunan dan konstruksi di negara-negara Timur Tengah dan mengincar pembangunan megaproyek senilai US$164,7 miliar di Oman.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak mengatakan target pasar bahan bangunan dan konstruksi di Oman dan pasar lainnya di kawasan Timur Tengah tersebut menjadi salah satu program peningkatan ekspor di negara-negara tujuan ekspor nontradisional.
"Oman sedang melakukan diversifikasi perekonomiannya lewat pembangunan industri nonmigas dengan meningkatkan infrastruktur transportasi dan logistiknya. Ini peluang yang tengah diincar untuk membuka akses pasar dan meningkatkan kerja sama perdagangan kedua negara," kata Nus, Minggu (4/10/2015).
Berdasarkan catatan Kemendag, ekspor produk bahan bangunan dan konstruksi dalam lima tahun terakhir (2010-2014 ) tumbuh positif sebesar 72,91%.
Bahkan, pada periode Januari Juli 2015, ekspor produk tersebut melejit hingga 653,32% menjadi US$2,67 juta dari yang sebelumnya mencapai US$355.000 pada periode yang sama pada tahun lalu.
Peningkatan tersebut, menurut Nus, dipicu oleh tingginya permintaan produk other tube/ pipe fittings(coupling) dari semula 1 juta ton dengan nilai US$29.000 menjadi 11 ton dengan nilai US$571.000.
Lebih lanjut Nus menyebutkan, beberapa proyek besar Oman yang dapat dimanfaatkan perusahaan bahan bangunan dan konstruksi Indonesia misalnya pembangunan rel kereta api, yang akan menghubungkan Oman dengan Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Arab Saudi, dan Kuwait.
Selain itu, juga ada proyek pelabuhan, bandar udara, kawasan industri, gedung perkantoran, dan perumahan.
Oman diproyeksikan menjadi pasar kuat di bidang konstruksi. Menurut laporan tahunan survei konstruksi negara-negara kawasan Teluk milik Pinsent Masons, industri konstruksi Oman meningkat sebesar 7,72% setiap tahunnya selama periode 2009-2013.
Berdasarkan nilainya, Indonesia saat ini menjadi pemasok di urutan ke-23 ke Oman. Dilihat dari total perdagangan antara kedua negara, tren perdagangan dengan Oman hanya tumbuh sebesar 2,97% selama lima tahun terakhir dengan nilai sebesar US$438,3 juta pada 2014 lalu.
Kendati selama lima tahun terakhir terbilang stagnan, pertumbuhan pada tahun ini memberikan tanda-tanda positif. Pada semester pertama 2015 ini, Indonesia memperoleh peningkatan surplus perdagangan dengan Oman sebesar 166,9% dari US$28,3 juta di periode yang sama setahun lalu menjadi US$75,54 juta.
Untuk merealisasikan target tersebut, salah satu upaya yang akan ditempuh adalah dengan partisipasi pada pameran Infra Oman 2015 yang akan diadakan pada 5-7 Oktober 2015 di Muskat, Oman.
Tahun lalu, pameran tersebut diikuti 241 peserta dari 25 negara di atas lahan seluas 8.821 m2, serta dikunjungi 4.132buyer dari 30 negara. Tahun ini Indonesia akan membawa 10 perusahaan yang bergerak di sektor bahan bangunan dan konstruksi.
Infra Oman menampilkan produk dan jasa di bidang airport construction, building machines for above-ground construction, building technology, civil engineering, current supply installations, energy generation, energy management, industrial equipment, logistics, rail traffic technology, road construction,dan transport.
Potensi Oman yang begitu besar perlu menjadi perhatian lebih dan diharapkan partisipasi Indonesia di Infra Oman ini bisa menggenjot ekspor nonmigas Indonesia serta memperluas akses pasar yang lebih besar ke negara tersebut maupun kawasan Timur Tengah lainnya.